Jumat, 29 Juni 2012

Kumpulan foto pernikahan temen-temen

Haii.... hari ini aku mau liatin foto-foto temen-temen yang udah pada nikah.... bisa dijadiin koleksi lho.


Ini pernikahannya mbak Arik,

Pernikahan Evi, temen SMK.



Pernikahan Ian dan Vhepi,, temen ATK....

Pernikahan Ernawati..... temen SMK.....


Pernikahan Teni Arlita...... temen SMK...


Pernikahan Siti Saudah...... temen SMK

Pernikahan Novita Tri Astuti..... temenku SMP, SMK.


Pernikahan Listiani,,, temen SMK


Pernikahan Antok dan Yusti......(Pemuda Glugo)





Pernikahan Bagas (pemuda Glugo)



Pernikahan Ikalili......(Glugo)














Rabu, 27 Juni 2012

Desa Glugo Panggungharjo Sewon Bantul

Desa Glugo Panggungharjo Sewon Bantul, jika dari perempatan druwo (jalan parangtritis) menuju kearah barat kurang lebih sekitar 500 meter. Melewati gapura Sorowajan, PJTKI, Rusunawa (Rumah Susun), Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta, Ruko-ruko, dan berikutnya adalah Desa Glugo Wetan dan Glugo Kulon. Desa Glugo wetan RT 07 terdapat kurang lebih 50 kepala keluarga.
Dari yang paling ujung timur adalah rumah keluarga Ibu Ashari, barat ada keluarga Bpk Karman, Kel Bpk H. Bilal, Kel Bpk Suminto, Kel Bpk Bustomi, Kel Bpk Gandung, Kel Bpk Sugiyo, Kel Bpk Dinar, Kel Bpk   Sumarjo,  Kel Bpk Sutikno, Kel Pak Gik (Bakmi),  Kel Bpk Widodo, Kel Bpk Sartono, Kel Bpk Doto Suparno, Kel Bpk Heru Sudono, Kel Bpk Daru Sudarto, Kel Bpk Suyadi (PLN),  Kel Bpk Heddy, Kel Bpk Ayomi,  Kel Bpk Subarman,  Kel Bpk Heru (Dila),  Kel Ibu Tarmono,  Kel Bpk Ngadiman,  Kel Bpk Sutris,  Kel Bpk Yuliyanto, Kel Bpk Yanto,  Kel Bpk Joko,  Kel Bpk Rofiq,  Kel Ibu Suyadi,  Kel Bpk Firman,  Kel Ibu Sumiyati,  Kel Bpk Riyanto Putro,  Kel Bpk Widiantoro,  Kel Ibu Tugiyah,  Kel Bpk Novri Trianto,  Kel Bpk Giyat,  Kel Bpk Agus,  Kel Bpk Tukiman,  Kel Bpk Bejo,  Kel Bpk Tarsih (Fitri),  Kel Ibu Sudibyo,  Kel Ibu Suharto, dan mohon maaf untuk keluarga yang belum disebut. 
Ini adalah peta Desa Glugo Panggungharjo Sewon Bantul dan kebersamaan, kekompakan warga Glugo dan para pemuda-pemudi.
Semoga Desa Glugo semakin maju, aman, nyaman, dan tentram.....!!! 























Senin, 25 Juni 2012

Kreatif Daur ulang kertas Menjadi Sepatu

Awalnya aku bikin sepatu dari kertas brosur ini karena adek aku dapat tugas dari sekolahnya disuruh mengolah barang bekas, aku sempat browsing di internet... hemp banyak banget pilihannya. Aku bongkar2 barang2 dilemari yang udah gak dipakai.. Nah aku nemu kertas brosur banyak (aku dapat dari JEC). Hemp sempat terlintas dalam pikiranku, apa jadinya kalo kertas brosur diolah jadi sepatu. Kebetulan aku kuliah di ATK mengambil jurusan Desain dan Teknologi Sepatu jadi aku dah punya ilmunya.
Terus aku coba bikin polanya, aku potong2 kertas brosurnya. kain warna merah aku jadikan lapisnya, terus bagian out sole dan heel aku bikin dari kardus. Aku rangkai bagian uppernya  lalu diberi lem fox. Tempel kain lapisnya  terus  tempel out sole pada acuan dibagian alasnya. Setelah menempel pada acuan kemudian pasang upper pada acuan sepatu, beri lem pada bagian yang akan dilasting dengan menggunakan lem fox. Setelah diberi lem pada bagian upper dan out sole kemudian proses berikutnya adalah dilasting. Nah setelah selesai dilasting pasang heel yang terbuat dari kardus supermi yang dibuat secara berlapis-lapis tempel dengan diberi lem fox. Diamkan beberapa menit agar lem merekat. Setelah itu lepas acuan perlahan-lahan. Lihat hasilnya. 
Nah setelah itu adekku ngumpulin sepatu dari kertas brosur. Dia dapet nilai terbaik dikelasnya. Tapi itu karya aku, bukan karya adekku. Berarti yang harus dapet nilai kakaknya donk.











0'9 DTS ATK JOGJA KUNJUNGAN INDUSTRI










Sabtu, 09 Juni 2012

Cerpenku "KAULAH JODOH DARI TUHAN UNTUKKU"



KAULAH JODOH DARI TUHAN
UNTUKKU

P
agi-pagi buta adji udah sibuk menyiapkan koran-koran buat dianter ke para langganannya. Dia anak pertama dari 3 bersaudara. (Adji, Dita, Iwan) Nama lengkapnya Muhammad Adji Setiawan. Biasa dipanggil Adji. Adji adalah seorang mahasiswa UNY dia mengambil jurusan TI. Sekarang dia udah semester 5. Meskipun dia Cuma seorang anak petani, tapi dia bisa membiayai kuliah dengan uangnya sendiri, bahkan dia bisa membiayai sekolah adik-adiknya. Ibunya bekerja sebagai karyawan di pabrik tekstil dan gajinya pun hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Orang tuanya hanya mampu membiayai Adji hingga SMA. Tapi adji ngotot tetep mau ngelanjutin kuliah. Untungnya Adji dapat beasiswa tiap semesternya, tau sendiri Adji itu punya otak yang encer alias dia itu pandai dalam segala bidang mata kuliah. Sampe temen-temennya heran.
”Ji, kamu tiap hari makan apa sih kok otak kamu jadi encer gitu??”sindiran teman-temannya.
“Kalian ini berlebihan,aku tiap hari makan nasi kok.” tegas si Adji dengan mengumbar senyuman.
              “Terus kamu kok bisa pinter gitu coba?” saut Anggi temen sekelasnya.
              ”Resepnya cuma membaca,berdoa dan berusaha,udah berapa kali aku kasih tau ke kalian.” jawab Adji dengan sedikit jengkel.
Biasanya setelah mengantar koran pada langganannya Adji langsung berangkat kuliah ke kampus dengan sepeda motor  tua tahun 90an. Dia gak merasa minder dengan keadaannya malah dia selalu ceria. Ya dia kadang menghibur diri dalam hati.
”Suatu hari aku pasti bisa beli motor yang bagus.” katanya dalam hati.
Mengenai penampilan, ternyata Adji gak mau ketinggalan tren. Dia sederhana tapi tetep gaya. Biar gak dibilang “katrok” alias ndeso pol. Kalo mengenai fisik Adji termasuk cowok yang menjadi idaman setiap cewek. Bayangin aja, dia itu sholatnya rajin, Adji juga hafal Al Qur’an, tiap hari jum’at sore dia slalu mengajar anak-anak TPA. Soal agama udah pasti bagus, Adji orangnya pekerja keras. Dari membuka usaha koran, jaga warnet, bimbingan belajar, mengajar di TPA, kadang dia bantuin ibunya masak catering. Adji juga jago masak lho. Dia gak pernah ngeluh dengan jadwal padat hariannya. Mengenai fisik Adji tergolong tipe cowok ganteng. Wajahnya mirip seperti Nicholas Saputra (aktor dalam film AADC) tinggi badan 175 cm,kulit sawo matang, badan sedikit kekar karena dia termasuk pecinta olah raga. Yang paling disukai adalah sepak bola. Adji ngefans banget ama Kaka (pemain sepak bola internasional). Adji orangnya cerdas, mau berbagi ilmu dengan teman-temannya, dia juga mudah bergaul,mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Banyak cewek yang ngantri  pengen dijadiin pacarnya. Tapi sayang, Adji belum mau pacaran. Ada sich cewek yang dia taksir di kampus. Namanya Citra Aulia Wulandari dia ambil jurusan bahasa. Citra seangkatan dengan Adji. Citra emang cantik, dia berjilbab, dia juga pinter, Citra adalah anak orang kaya tapi sayang, Citra udah punya cowok.
Adji mulai kenal dengan Citra waktu semester 3. Waktu itu mereka bertemu dalam suatu organisasi dikampus. Adji pun mulai berkenalan dengan citra tapi hanya sebatas berkenalan aja. Adji udah tau kalo Citra udah punya cowok. Mereka selalu ketemu dalam setiap acara organisasi. Dalam organisasi itu Adji menjabat sebagai ketua sedangkan Citra menjabat sebagai sekretaris. Mereka berdua aktif dalam berorganisasi. Sejak itu Adji mulai suka dengan Citra. Adji bukan tipe cowok yang suka ngegombal (suka merayu). Tapi lebih ke sikapnya yang memang perhatian. Adji bukan cowok yang sok alim, dia mau aja pacaran, cuma cewek yang dia suka udah punya pacar. Alasan lain kenapa Adji gak mau ngedeketin Citra itu karena Adji merasa dirinya tidak pantas mencintai wanita yang dianggapnya istimewa itu. Adji berpikir aku ini hanya orang miskin yang tidak pantas untuk mencintainya.
***
“Mas Adji kenapa bengong, awas lho ntar kesambet.” tutur  Citra yang mulai mendekati Adji.
“Eh Citra, ngagetin aja kamu Cit.” jawab Adji yang tersadar dari lamunannya.
“Hayo mas Adji lagi mikirin apa?” sahut Citra dengan rasa penasaran.
 “Ah gak lagi mikirin apa-apa kok. Oiya, Kamu udah sholat dzuhur pa belum Cit?” tanya Adji pada Citra yang sedang duduk didekatnya.
“Udah kok mas.” balas Citra. Tiba-tiba datang seorang cowok yang baru aja memarkirkan mobil didekat Adji dan Citra duduk.
“Hay sayang!” sambil melambaikan tangan mengarah pada Citra.
“Hai mas Rio!” balas Citra dengan senyuman yang mulai merekah.
“Kayaknya asik nich ngobrolnya.” tanya Rio dengan senyuman kecil.
“Oiya mas Adji, kenalin ini pacar Citra namanya Rio Armando!” Citra sambil berdiri memperkenalkan Rio pada Adji. Setelah perkenalan itu mereka duduk dan bercerita sambil terkadang keluar celetuk lucu dari Rio yang membuat suasana menjadi lebih akrab.
”Maaf,saya pamit dulu ya soalnya hari ini saya  ada acara.” tungkas Adji sambil berdiri dan berpamitan pada Rio dan Citra. Rio dan Citra juga meninggalkan tempat itu dan menuju pada mobil yang parkir disebelahnya. Karena keasyikan bercerita Citra lupa akan tujuan menemui Adji  tadi. Citra mau meminta tanda tangan ketua untuk menandatangani surat Permohonan Peminjaman tempat yang nantinya akan digunakan seminar hari minggu. Sampai didepan rumah Citra, Rio tetap berada didalam mobil dan meninggalkan Citra di halaman rumahnya.
”Mas pulang dulu ya dek.” Rio pamit.
“Iya mas, hati-hati ya!” sahut Citra sambil melambaikan tangan kearah Rio yang mulai meninggalkan Citra. Citra pun meninggalkan halaman dan memasuki rumah yang begitu mewah menuju kamarnya. Tampak  tempat tidur yang luas dan empuk dan terlihat lemari besar disampingnya ruangan yang nyaman dan tertata rapi, Citra langsung menuju tempat tidur dengan bantal warna ungu kesayangannya. Citra mulai mengeluarkan BB dari tas lalu menelpon Adji. Tut..tut..tut..
***
“Halo Assalamualaikum!” terdengar suara perempuan yang menjawab telpon. ”Waalaikumsalam, Ini bener nomornya Adji kan?” tanya Citra.
“Iya mbak, ini nomornya mas Adji, saya Dita adeknya mas Adji.” jawab Dita dengan nada yang sopan.“ Boleh saya bicara sama mas kamu.” sahut Citra.
“Maaf mbak, mas Adji gak lagi dirumah, kebetulan tiap hari jum’at sore mas Adji mengajar anak-anak TPA di Masjid As syifa.” jawab Dita.
“Dek Dita, Boleh mbak minta alamatnya?” tanya Citra lagi.
“Boleh mbak, nanti Dita kirim alamatnya lewat sms.” jawab Dita.
“Yaw dah kalo gitu, makasih ya Dita. Mbak tunggu lho smsnya, assalamualaikum.” salam Citra sambil mengakhiri perbincangan ditelpon.
“Waalaikumsalam.” jawab Dita sambil menutup telpon dari Citra.
Beberapa menit kemudian ada sms masuk.
 Asslm mbk Citra,
Ini alamtNy: jl Pramuka gang Anggrek Bulan no.08 Masjid As Syifa
By: Dita.
Setelah membaca sms dari Dita, Citra bergegas keluar dan mengeluarkan sepeda motornya lalu pergi menuju alamat tersebut. Untungnya Citra tidak kesulitan mencari alamat tersebut, 15 menit perjalanan Citra sampai di Masjid As Syifa. Sampai didepan Masjid, Citra melihat banyak anak-anak yang mengantri untuk mengaji.
***
“Assalamualaikum” Citra mengucap salam.
“Waalaikumsalam” jawab anak-anak dengan serempak.
Ustadzah baru ya mbak.” tanya salah seorang anak yang sedang mengantri mengaji.
“Bukan dek, mbak kesini mau mencari mas Adji.” jawab Citra.
“O... mau cari pak ustadz Adji ya, sebentar ya mbak saya panggilkan ustadz. Mari masuk mbak.” anak itupun meninggalkan Citra dan memanggil Adji dengan sebutan pak ustadz Adji. Tidak lama kemudian Adji menemui Citra.
“Assalamualaikum mas Adji.” Sapa Citra.
“Waalaikumsalam.” jawab Adji dengan kaget melihat kedatangan Citra.
“Kok kamu tau saya ada disini, emangnya ada perlu apa Cit ?” Tanya Adji dengan keheranan.
“Tau donk....!! kan Dita yang kasih tau alamatnya. Tadi aku telpon mas Adji, terus yang angkat telpon adek kamu. Kirain tadi pacarnya, hehehe Citra Cuma bercanda lho mas.”
“Begini mas, kedatangan Citra kesini untuk meminta tanda tangan ketua organisasi.” jawab Citra dengan iseng menggoda Adji sambil memberikan surat dan pulpen kepada Adji.
Kemudian Adji menandatangani surat tersebut.
“Cit, setelah ini kamu ada acara gak?” tanya Adji.
“Emmmm..... kayaknya sich gak ada. Emangnya kenapa mas?” Citra tanya balik.
“Begini Cit, kebetulan ustadz yang lain tidak dapat hadir disini jadi aku mengajarnya kuwalahan kalo sendiri. Gimana kalo kamu bantuin aku, Itung-itung buat amal.” Seru Adji. “Boleh mas.” jawab Citra dengan singkat sambil mengambil surat dan pulpen.
Kemudian mereka mengajar anak-anak yang sudah mengantri dari tadi.
“Katanya mbak bukan ustadzah.” tanya seorang anak yang tadi memanggilkan ustadz Adji.
“Mbak bukan uztadzah dek, mbak cuma pengen mengajar kalian mengaji.” jawab Citra dengan ramah.
Sebelum magrib anak-anak TPA sudah selesai mengaji.
“Makasih ya Cit udah bantuin aku.” kata Adji.
“Sama-sama mas Adji, ternyata mengajar anak-anak mengaji itu menyenangkan. “Dan dapet pahala juga Cit.” Sahut Adji dengan cepat.
“Sholat magrib segera tiba, aku adzan dulu ya, lebih baik kamu bersiap untuk wudhu anak-anak sudah selesai wudhu thu.” Adji pergi menuju tempat adzan.
Citra keluar masjid dan segera berwudhu. Tak lama kemudian suara adzan berkumandang dengan indah. Suara adzan itu membuat hati Citra menjadi tenang dan nyaman. Adji mengalunkan setiap ayat dengan sangat merdu. Tak lama kemudian banyak orang yang berdatangan ke masjid untuk sholat berjamaah. Sholat jamaah berlangsung dengan khusuk.
Selesai sholat Citra menunggu Adji di dekat parkir motornya. Citra menelpon ayahnya karena pulang malam. Gak lama kemudian Adji keluar dari masjid beserta 2 rekannya yang ikut sholat jamaah.
“Mas Adji...!!” Citra memanggil dengan sedikit berteriak.
“Siapa thu Ji, cewek kamu ya...? Pinter juga kamu nyari cewek.” tanya Rizal salah seorang rekannya.
“Sembarangan kamu, dia bukan cewek aku Zal. Namanya thu Citra, dia temen di kampus.” Jawab Adji sambil menepuk bahu Rizal. Mereka bertiga menghampiri Citra.
“Kok kamu masih disini sich Cit, nanti orang tuamu bingung nyariin kamu lho!”tegas Adji yang juga khawatir.
“Gak apa-apa kok mas, tdi Citra udah telpon ayah kok dan ayah bilang kalo untuk urusan kepentingan ayah mengijinkan.” Citra menjelaskannya pada Adji.
“Kok kita dicuekin sich....! mosok kita gak dikenalin ama mbak yang cantik ini.” seru Irfan yang menyela perbincangan Adji dan Citra.
“Oiya... kenalin ini Rizal dia kuliah dikampus kita juga semester 3 dia ambil jurusan psikologi. Kalo yang rambutnya kayak bakmi ini namanya Irfan dia kuliah di UII semester 5 ambil jurusan kedokteran.” Adji memperkenalkan mereka pada Citra.
“Namaku Citra, aku kuliah di UNY semester 5 jurusan bahasa.” tegas Citra dengan ramah. Suasana menjadi hening.
“Eh Ji, bukannya sekarang kamu musti jaga warnet?” tanya Irfan yang memecahkan keheningan dan semua mata tertuju padanya.
“Iya Fan aku tau, 15 menit lagi aku berangkat kok!” jawab Adji.
“Mas Adji jaga warnet tho? kok Citra baru tau ya, ow.... pantes tiap malem online terus. Tempatnya jauh gak mas?” timpal Cirta yang ingin tau.
“Aku emang belum cerita sich sama kamu. Tempatnya gak jauh kok Cuma 10 menit dari rumah.”
 “Gimana kalo Citra anterin?” Citra menawarkan diri.
“Makasih Cit, tapi gak usah soalnya aku musti pulang dulu.” jawab Adji yang menolak tawaran Citra dengan sopan.
“Gak papa Ji, biar Citra anterin kamu pulang dulu baru ke warnet. Dari pada ntar elo telat hayo!” bujukan Irfan yang suka menyela perbincangan  mereka.
“Iya Irfan ada benernya juga Ji!” timpal Rizal.
“Gimana ya....!” Adji yang masih mikir-mikir.
“Udah gak papa bonceng aku yuk, sekalian biar aku tau rumah kamu!” sela Citra yang mulai menghidupkan mesin motor.
“Zal, Fan, aku pulang duluan ya...!!” sahut Adji sambil menaiki motor yang dikendarai Citra.
“kita duluan ya mas, assalamualaikum.” timpal Citra yang mulai meninggalkan Rizal dan Irfan.
“Waalaikumsalam, hati-hati ya!” Citra dan Adji mulai jauh meninggalkan mereka. Beberapa menit kemudian mereka sampai dirumah Adji.
***
“Ini rumahku, jelek ya!” ujar Adji sambil menunjukkan rumahnya.
“Ah enggak kok mas.” balas Citra.
“Assalamualaikum...!” Adji sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam.” keluarga Adji yang membalas salam dari dalam rumah.
Tiba-tiba pintu dibuka, dari dalam rumah tampak seorang gadis belia yang cantik dan berjilbab.
“Mbak Citra ya? yang tadi telpon khan, silakan masuk!” Dita yang asal nebak tapi bener
“Iya, saya Citra yang tadi telpon.” Jawab citra sambil memasuki ruang tamu.
“Dek, temani mbak Citra ngobrol ya, mas mau ganti baju dulu soalnya mas keburu-buru.” seru Adji yang tergesa-gesa masuk ke kamar.
“Iya mas.” jawab Dita singkat.
 “Dita, kamu kelas berapa sekarang?” tanya Citra.
“Kelas 1 SMA mbak, mbak Citra pacaran ya sama mas Adji?” tanya Dita yang sedang menggoda Citra.
“Mbak cuma temenan aja kok sama mas Adji.” jawab Citra dengan santai.
“Ada tamu tho ternyata.” Ibu Adji yang muncul dari balik pintu kamar. Citra kemudian berdiri dan memberi salam pada ibu Adji yang kemudian mereka saling bersalaman.
“Saya Citra bu, temen kuliah Adji.” sahut Citra yang memperkenalkan diri. Kemudian mereka duduk. Tak berapa lama kemudian Adji keluar dengan celana jeans dan mengenakan tshirt putih serta jaket kesayangannya. Adji selalu berpenampilan sederhana tapi gaya. Tapi emang dasarnya keren sich. Mau diliat dari depan belakang samping tetep oke. Asal ngeliatnya pake mata bukan pake mata kaki.
“Bu, bapak kemana?” tanya Adji pada ibunya yang duduk disebelah Dita.
“Bapak lagi ada urusan sama pak Handi, sebentar lagi juga pulang.” jawab ibu yang masih duduk.
“Bu, Adji berangkat kerja dulu ya!” Adji pamit.
 “Saya juga sekalian pamit bu!” Citra yang juga pamit kepada keluarga Adji.
“Iya, hati-hati ya nak!” balas ibu.
 “Mari bu, Dita, Assalamualaikum!” salam Citra yang kemudian keluar dari ruang tamu menuju motor matiknya yang disusul oleh Adji. Kemudian mereka meninggalkan rumah Adji. Dijalan mereka ngobrol-ngobrol sambil Adji nunjukin jalan. Beberapa menit kemudian mereka sampai didepan warnet Herculez net (nama warnetnya).
***
“Makasih banyak ya Cit udah nganterin aku ketempat kerja.” ujar Adji sambil turun dari motor.
“Iya sama-sama, kalo gitu Citra sekalian pulang aja mas, soalnya ntar takut kemalaman.” tungkas Citra yang masih menaiki motornya.
“Iya, hati-hati dijalan ya!” sahut Adji.
“Oke, assalamualaikum...!” Citra pamitan.
“Waalaikumsalam.”balas Adji yang masih berdiri didepan warnet.
Citra pergi dan mulai jauh dari pandangan, Adji masuk ke dalam warnet. Disana udah ada penjaga yang menunggu Adji untuk menggantikan posisinya.
“Ji, gue pulang dulu ya! selamat bekerja sob!” Andre yang hendak pulang saat Adji menggantikannya posisinya.
“Oke Ndre, tumben kamu pulangnya buru-buru?” tanya Adji.
“Hari ini gue ada janji ama cewek gue Ji.” jawab Andre yang bergegas pulang.
 “Hati-hati!”
“Oke bro!” jawab Andre singkat yang mulai meninggalkan warnet.
Adji mulai duduk dan berhadapan dengan komputer yang selalu menemaninya bekerja. Jari-jarinya mulai menekan tombol keyboard dengan ketikan 10 jari yang begitu cepat. Dia gak pernah absen buat update status di fbnya.
Ahahahai......senengnya Q hari ini.....!!!
Tak lupa Adji mampir di fbnya Citra. Terus ngetik di statusnya
Thanks ya. . . . !!
 Tiba-tiba pintu terbuka grekkk.......
“Mas, ada tempat yang kosong gak?”
“Ada mas, no 10.”
Kemudian Adji meneruskan hobynya itu. Adji juga mampir untuk membuka situs informasi untuk menambah pengetahuannya. Pintu terbuka lagi, grekkkkkkkkkkk.......
“Mas Adji, sek kosong nomer piro?” tanya Tomi tetangga Adji yang gemar banget online di warnet.
Ono jek, nomer 12!” ( Orang-orang biasa memanggil tomi dengan sebutan Jek /jeko karena tubuhnya yang kurus seperti Michael Jackson). Kemudian ada pelanggan yang selesai dan membayar.
 “Berapa mas?” tanya pelanggan pada Adji yang sebenarnya juga tau habis berapa.
“4350 rupiah.” Jawab Adji.
“Ini mas!”pelanggan memberikan uang 5000 pada Adji.
 “Gak ada 50 perak e mas, kembalinya 600 aja ya. Yang 50 perak disambung besok.” ujar Adji sambil menyerahkan uang kembaliannya.
“Terima kasih.”
Pelanggan bergantian keluar masuk. Rasa ngantuk mulai dialami Adji, masih ada beberapa pelanggan yang setia menemani. Adji keluar sebentar dan membeli wedhang jahe dan 2 bungkus sego kuceng (nasi dan oseng-oseng yang dibungkus dengan ukuran porsi kecil) di angkringan yang tepat diseberang warnet. Setelah itu Adji masuk lagi dan melahap sego kuceng itu. Rasa ngantuk mulai hilang dan mulai meneruskan pekerjaannya. Semakin larut semakin sedikit pengunjungnya. Terkadang kalo tidak ada orang Adji sempatkan untuk sholat isya dulu kemudian tidur. Jam 4 pagi sudah ada teman yang menggantikan posisinya.
Suasana masih tampak gelap. Adji sudah biasa pulang dengan jalan kaki sendiri kadang-kadang Adji mengendarai sepeda mini milik adiknya. Sampai dirumah, Adji langsung tidur.
***


            “Allahu akbar... Allahu akbar............”
Terdengar suara adzan subuh, Adji bergegas sholat. Selesai sholat Adji malah tertidur. Ayahnya sudah sibuk dengan persiapan untuk bekerja kesawah. Selesai sholat subuh berjamaah dimasjid Pak Ahmadi (ayah Adji) berangkat ke sawah dengan membawa peralatan yang telah disiapkan. Bu Narni (Ibu Adji) sibuk memasak didapur. Untuk mencari uang tambahan biasanya bu Narni membuat kue jajanan untuk dititipkan di warung-warung. Dita biasanya membantu ibu sebelum berangkat sekolah. Biasanya kalo kakaknya belum bangun Dita yang membangunkan kakaknya. Tapi Dita kasihan karena kakaknya pasti kecapekan. Terkadang Dita dan Iwan (Iwan adik Adji yang bungsu dan masih duduk di sekolah dasar kelas 5) yang menggantikan pekerjaan kakaknya mengantarkan koran ke para pelanggannya. Jam menunjukkan pukul 06.30 Dita dan Iwan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
“Bu, Dita dan Iwan berangkat dulu ya, assalamualaikum.” Keduanya tak lupa mencium tangan ibunya.
 “Waalaikumsalam, hati-hati ya nak.” jawabnya yang mengantarkan sampai depan rumah. Kemudian ibu menuju kamar Adji, terlihat Adji masih tidur pulas.
“Tangi le, wes awan!” ujar ibu sambil mengelus rambut anaknya yang sudah tumbuh dewasa.
“Inggih buk.” Adji menjawab lalu bangun dengan mata yang masih terpejam. Ibu kembali lagi ke dapur.
“Bu, Dita ma Iwan udah berangkat sekolah ya?” tanya Adji yang menuju dapur menemui ibunya.
Adek-adekmu sudah berangkat sekolah.” jawab ibu sambil meneruskan masaknya.
“Masyaallah, aku belum mengantarkan koran bu....!” Adji mulai tergesa-gesa dan menuju ruang penyimpanan koran.
“Tadi adek-adekmu yang mengantarkan koran ke pelanggan, Uangnya ditaruh dilaci kamar kamu le.” jawab ibu.
“Ji, antarkan kue-kue ini ke warung bu Ida dan bu Yanti ya! Ibu mau siap-siap berangkat kerja.”Ibu yang masih sibuk menata dagangannya.
“Iya bu.”jawab Adji. Adji bergegas mengantarkan kue yang masih panas itu diwarung-warung yang biasa ibu menitipkan dagangannya.
Setelah mengantar daganganya, Adji mengantarkan ibunya ke pabrik yang jaraknya 3 km dari rumah. Karena hari sabtu kuliah libur biasanya Adji dirumah mencuci baju dan bersih-bersih rumah. Tiba-tiba hp Adji bunyi tanda ada sms.
Ji, nnt jd prg maen footsal g?
siang nnti Q ama Irfan ke rmh U.
By: Rizal
Adji sibuk membalas sms dari Rizal.
Oke Zal,,,,! Ajak Budi, Jeko, & Deni skaLiaN ya, biar Ruame....!!
Kemudian Adji meneruskan pekerjaannya.
“Akhirnya selesai juga bersih-bersih rumah, capek juga hari ini.” setelah menyelesaikan pekerjaan rumah Adji mengantarkan makanan untuk ayahnya yang bekerja di sawah.
 “Pak, istirahat dulu ini Adji bawakan makanan!” sambil membawa rantang Adji mendekati ayahnya. Keduanya menyantap makanan digubug yang terletak dipinggir sawah.
“Alhamdulillah akhirnya kenyang juga.” seru Adji setelah menghabiskan makanannya.
“Pak, siang ini Adji mau maen footsal Adji udah janjian ma temen-temen.” Adji minta izin pada ayahnya.
“Bukannya hari sabtu kamu ngajar les tho Ji?” tanya Ayahnya.
“Iya pak, tapi nanti jam 4 sore jadi sekarang Adji masih ada waktu maen footsal dulu.” Adji menjelaskan pada ayahnya.
“Ya sudah sana, jangan lupa jemput Ibumu ya!” sahut ayahnya.
“Iya pak, Adji pergi dulu, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, hati-hati!”
Adji pulang dengan membawa rantang yang sudah kosong. Sesampai didepan rumah mereka sudah menunggu Adji.
“Berangkat sekarang yukk....!” ajakan Irfan.
“Mampir sholat dulu di masjid ya!” Adji menyela.
 “Okey... ayo!!” jawab mereka serempak.
***
Setelah sholat jamaah mereka langsung menuju tempat footsal. Adji emang hebat dalam permainan sepak bola, sesekali dia memasukkan bola ke gawang yang di jaga oleh Fendi. Ada yang lebih jago lagi soal permainan sepak bola. Gak disangka ternyata Irfan pandai banget maen sepak bola. Bahkan dia yang membobol gawang lawan 3 kali. Alhasil permainan berakhir dengan scor 4-2. Jam menunjukkan pukul 15.30 Adji buru-buru pulang dan menjemput ibunya.
 “Temen-temen aku pulang duluan ya.” sambil berjalan menuju tempat parkir.
“Hati-hati Ji.” Sahut Irfan.
Dari tempat footsal Adji langsung menuju pabrik tempat ibunya bekerja. Beberapa menit kemudian para karyawan mulai berhamburan keluar. Adji sudah menunggu ditempat biasa dia menjemput ibunya.
 “Sudah lama nak nunggu ibu?” tanya ibu sambil menaiki motor dibelakang Adji.
“Adji baru aja datang kok bu.” jawab Adji dengan sopan.

Sampai dirumah Adji mandi, terus sholat. Dia terburu-buru pergi ke tempat bimbingan belajar karena takut terlambat. Biasanya kalo pergi Adji selalu pamitan pada orang tuanya. Tapi kali ini Adji terburu-buru. Sampai diperempatan Adji menerobos lampu merah dan dari arah samping terlihat mobil yang melaju dengan cepat tiba-tiba brakkkkkk........!! suara tabrakan terdengar keras hingga menyeret Adji dan motornya sampai 5 meter dari tempat kejadian. Adji langsung dilarikan ke rumah sakit. Ibu Adji yang sedang makan tiba-tiba menyenggol gelas yang ada disamping piring. Pyarrrrr.......!!! gelas terjatuh dan pecah. Perasaan ibu menjadi tak karuan dan teringat oleh anak pertamanya yang pergi tidak berpamitan. Bapak yang baru pulang dari sawah tiba-tiba melihat istrinya yang sedang sedih merangkul kedua anaknya yang sudah pulang sekolah.
 “Ada apa bu kok kelihatan sedih.” Tanya bapak sambil memasuki rumahnya.
“Perasaan ibu gak enak pak, Ibu baru saja memecahkan gelas.”jawab ibu yang masih tampak sedih.
“Terus apa hubungannya dengan gelas pecah bu?” tanya bapak lagi.
 “Ibu kepikiran sama Adji pak, tadi Adji buru-buru pergi dan tidak pamit ibu dan adek-adeknya.”jawab ibu yang kemudian mengeluarkan air mata.
 “Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Adji bu.”ujar bapak menghibur.
***
 “Halo selamat sore, apa benar saudara mengenal pasien yang bernama Muhammad Adji Setiawan! Pasien baru saja mengalami kecelakaan.” terdengar suara seorang wanita dengan tutur katanya yang sopan.
 “Iya saya temannya, maaf ini siapa ya?”tanya Rizal yang mulai penasaran.
“Kami dari Rs.Muhammadiyah memberitahukan  bahwa sodara Adji membutuhkan perawatan yang intensif karena luka yang dialami cukup parah. Mohon sodara menghubungi keluarga pasien untuk segera menandatangani surat dikarenakan sodara harus segera dioperasi.” Pinta pihak rumah sakit.
“Baik mbak, saya segera memberitahukan keluarganya. Terima kasih.” Lalu Rizal keluar rumah dan mengendarai motornya menuju rumah pak Ahmadi.
“Assalamualaikum pak Ahmadi...!!” dengan nada teriak-teriak Rizal mulai mendekati pintu rumah Adji.
 “Waalaikumsalam, ada apa Zal kok teriak-teriak!” jawab bu Narni yang usai sholat ashar.
“Adji bu, Adji kecelakaan. Sekarang dirawat dirumah sakit dan harus di operasi!” jawab Rizal dengan wajah yang tampak sedih. Tiba-tiba pak Ahmadi keluar dari kamar.
 “Ada apa Zal, masyaallah bu kenapa?” melihat istrinya yang tiba-tiba pingsan dan jatuh dipangkuan Rizal. Kemudian menggotong bu Narni ke dalam kamar.
“Pak Ahmadi, Adji sekarang dirawat dirumah sakit dan harus segera dioperasi.” Rizal menjelaskan kepada pak Ahmadi.
 “Aatagfirullahalazim, Zal sekarang antarkan saya kerumah sakit ya!” Dita jaga ibu baik-baik, bapak ke rumah sakit dulu!” Pak Ahmadi kemudian membuka lemari dan mengambil uang simpanannya.
“Iya pak.”
“Mas Rizal hati-hati ya jangan terburu-buru!” pinta Dita pada Rizal.
“Iya Dit, kami pergi dulu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Kemudian Rizal dan pak Ahmadi pergi menuju  rumah sakit.
Sekitar 30 menit kemudian mereka tiba dirumah sakit. Suster mengantarkan keluarga pasien ke ruangan ICU. Melihat kondisi Adji yang tidak sadarkan diri, Rizal langsung menghubungi semua rekan-rekan Adji. Pak Ahmadi langsung menandatangani surat perjanjian dan sesegera mungkin anaknya untuk dioperasi pada bagian kaki kirinya yang patah. Para dokter mempersiapkan peralatan operasi dan segera membawa Adji ke ruang operasi. Adji akan dioperasi pada jam 19.00 wib. Pak Ahmadi tampak tegar dan selalu membacakan doa-doa untuk keselamatan anaknya. Pihak kepolisian mendatangi keluarga korban dan membicarakan tindak lanjut dengan pihak yang menabrak Adji.
 “Zal, kamu tunggu Adji disini ya, bapak mau ke kantor polisi dulu!” pinta Pak Ahmadi kepada Rizal.
“Iya pak!” Kemudian pak Ahmadi dan pak polisi meninggalkan rumah sakit.
 Sesampai di kantor polisi, pak Ahmadi melihat seorang wanita cantik yang berjilbab seumuran dengan anaknya si Adji.
“Silakan duduk pak!”
 “Begini pak, sodari Yasmin Nur Aida ini yang telah menabrak putra bapak. Dan sodari ini bersedia menanggung semua biaya perawatan putra bapak hingga sembuh. Apakah bapak setuju atau menuntut permasalahan ini?” polisi yang memberikan penjelasan kepada pak Ahmadi.
 “Bapak ikhlas dengan apa yang telah terjadi, bapak tidak ingin menuntut siapapun. Bapak hanya merasa sedih melihat anak bapak terbaring dirumah sakit.” Ujar pak Ahmadi kepada polisi dan wanita yang duduk disampingnya.
“Maafkan atas kesalahan saya pak!” Aida memohon-mohon kepada pak Ahmadi untuk memaafkannya.
“Kenapa eneng minta maaf sama saya!”ujar pak Ahmadi.
 “Saya janji akan merawat anak bapak hingga sembuh!” Aida meyakinkan pak Ahmadi. Setelah melalui jalan damai, Pak Ahmadi kembali ke rumah sakit. Melihat motor yang dikendarai Adji mengalami rusak berat pak Ahmadi hanya bisa mengelus dada dan membayangkan betapa sakit yang dialami anak pertamanya itu. Pak Ahmadi kembali ke rumah sakit dan sudah banyak kerabat dan teman Adji yang menunggu diruang tunggu. Sudah 2 jam Adji berada diruang operasi tapi tak kunjung keluar-keluar. Rasa cemas dirasakan oleh teman dekat dan keluarga Adji. Ibu dan adik-adik Adji datang bersama saudaranya. Aida semakin merasa bersalah atas insiden kecelakaan sore tadi. Aida berulang kali meminta maaf kepada keluarga dan teman-teman Adji. Mereka berbesar hati memaafkan Aida. 1 jam kemudian Adji keluar dari ruang operasi. Adji masih dalam kondisi tidak sadar.
 “Lebih baik nak Aida pulang dan istirahat!” pak Ahmadi memperhatikan Aida yang mulai tampak pucat.
 “Tidak pak, saya disini saja. Saya mau minta maaf pada Adji setelah dia sadar nanti.”jawab Aida dengan suara yang pelan.
“Iya nak, lebih baik kamu istirahat dulu besok kan bisa kesini lagi.” Sahut bu Narni.
“Kalau begitu Aida pulang dulu, assalamualaikum!” setelah berpamitan Aida pun pulang naik taksi. Teman-temannya yang menjenguk mulai pulang kerumah masing-masing. Tinggal Rizal dan Irfan yang setia menunggu Adji. Zal, kalian pulang saja. Biar saya saja yang menunggu Adji.”Pak Ahmadi menyuruh mereka pulang.
“Iya pak, besok kami kesini lagi. Kalau gitu kami pulang dulu, assalamualaikum!” mereka pun berpamitan.
“Waalaikumsalam, hati-hati ya.” Pak Ahmadi mengantarkan mereka sampai didepan pintu.
***
Setelah operasi Adji belum sadarkan diri. Keesokan harinya Adji mulai tersadar dan membangunkan semua orang yang ada didekatnya.
“Bu,pak....!” Adji memanggil kedua orang tuanya dengan merintih kesakitan.
“Syukurlah kamu sudah sadar nak.”sahut ibu. “Maafkan Adji bu, Adji tidak berhati-hati!” Adji  tampak sedih sekali.
“Sudahlah nak, tak perlu disesali. Allah sedang menguji umatnya. Sabar yo le...!” ibu menghibur Adji yang masih bersedih.
“Oiya koran hari ini Dita dan Iwan yang mengantarkannya, tadi setelah sholat subuh Dita dan Iwan diantar pulang oleh paman. Mungkin mereka datang kesini nanti siang. Kamu gak usah mikirin pekerjaan dulu ya le, untuk sementara ini kamu harus istirahat.” ibu memberi nasehat kepada Adji yang terbaring ditempat tidur.
Bapak yang seharian menjaga Adji tidak mampu menahan rasa ngantuknya. Bapak kemudian duduk bersandar diatas tikar dan mulai tertidur dengan pulas. Dokter kemudian datang dan memeriksa kondisi Adji.
“Kakinya jangan digerakkan dulu, supaya jahitannya tidak tertarik. Oiya tolong obatnya diminum 3x sehari setelah makan. Semoga sodara cepat sembuh!” pak dokter memberikan anjuran kepada pasien yang bernama Adji.
“Iya Dok, terima kasih!” jawab Adji.
“Sarapan bubur dulu ya Ji, mumpung masih hangat!” sambil mengambilkan bubur untuk sarapan Adji. Tiba-tiba terdengar dari balik pintu.
“Assalammualaikum!” Aida yang muncul dari balik pintu dengan membawa parsel yang berisi buah-buahan dan beberapa bungkus makanan.
“Waalaikumsalam.” jawab Adji dan ibu yang memandang kearah pintu.
Aida mendekati Adji yang akan sarapan bubur. Aida mau minta maaf karena Aida yang telah menabrak mas Adji hingga keadaannya seperti ini.” Aida memohon maaf kepada Adji dan sangat menyesali atas perbuatannya.
“Saya yang salah mbak, karena saya telah melanggar lalu lintas dan tidak berhati-hati.” tungkas Adji.
“Ya sudah kalau begitu, kalian sudah saling memaafkan. Ibu lega mendengarnya.”
“Ji, buburnya dimakan dulu gih!” sahut ibu yang memotong pembicaraan Adji dan Aida.
Adji memakan bubur yang masih hangat itu hingga tak tersisa.
“Diminum obatnya.” ibu sambil memberikan obat dan segelas air putih kepada Adji. “Ibu dan bapak juga harus sarapan, Aida sudah bawakan nasi bungkus kok.” ujar Aida.
“Iya nak Aida, ibu sarapan dulu ya.” sahut ibu sambil mengambil sebungkus nasi padang. Aida menemani Adji yang hanya bisa berbaring ditempat tidur.
 “Bagaimana kondisi mas Adji sekarang?” tanya Aida.
“Sudah agak mendingan kok.” jawab Adji.
“Oiya, nama saya Yasmin Nur Aida panggil saja saya Aida.” Sambil berjabat tangan dengan Adji.
“Saya Muhammad Adji Setiawan panggil saja Adji.” balas Adji.
Keduanya pun mulai berbincang-bincang dan mulai akrab.
***
 “Assalamualaikum!” suara yang serempak mengucap salam.
”Waalaikumsalam, silakan masuk!” teman-temannya bergantian menyalami Adji.
“Ji, kenapa harus kamu sich yang sakit. Aku gak rela kalo kamu sampe kenapa-kenapa!” ujar Dea (salah satu cewek yang menyukai Adji).
 “Ini semua kan ujian dari Allah.” jawab Adji.
 “Ceritanya gimana sich Ji kok kamu bisa kecelakaan?” tanya Anggi.
 “Aku tergesa-gesa Nggi waktu mau mengajar les. Aku takut terlambat, aku gak sadar kalo didepan udah lampu merah. Aku langsung serobot gitu aja trus dari arah samping ada mobil dan tabrakan gak bisa dielakkan. Setelah itu aku gak sadar.” Adji menceritakan kejadian tabrakan itu pada teman-temannya.
Aida keluar dari ruangan dan membiarkan teman-temannya menghibur Adji yang sedang sakit. Wisnu,Tedy,Arya,Rifan,Hendra,Ody,Kiki,Dea,Anggi,Lala dan Mitha mengelilingi tempat tidur Adji. Ruangan mulai tampak gerah. Mereka prihatin atas kejadian yang menimpa teman baiknya itu. Setelah cukup lama mereka membesuk Adji, kemudian mereka pun pamitan pulang.
“Nak Aida, bapak dan ibu pulang dulu ya, nanti kita kesini lagi.”Pak Ahmadi meminta Aida untuk menjaga Adji.”
***
Citra belum mengetahui tentang berita kecelakaan Adji, pukul 09.30 pagi dia berangkat dari rumah menuju kampus. Rapat organisasi akan dimulai pukul 10.00. Tin...tin... didepan rumah Citra sudah ada seseorang yang menanti dengan mobil mewahnya.
“Hay mas Rio!!” sapa Citra dengan wajah yang ceria.
“Hari ini kamu cantik banget Cit.” Rio memuji Citra sambil membukakan pintu mobilnya.
“Mulai deh ngegombalnya.” Citra sedikit risih dengan rayuan Rio. Rio mengemudi mobilnya dengan pelan.
“Cit, aku mau ngomong serius ama kamu.” Rio yang sambil mengemudikan mobilnya.
“Mau ngomong apa sih mas, mendingan nanti aja ngomongnya. Mas kan lagi nyetir.” sahut Citra.
“Yaw dah habis kamu seminar kita bicarakan masa depan kita.” sahut Rio yang kemudian menambahkan kecepatannya. Sampai dikampus Citra masuk ke ruangan, disana sudah ada anggota yang menghadiri seminar. Citra tidak melihat Adji dalam seminar.
“Andi, mas Adji kok belum dateng ya. Biasanya dia dateng tepat waktu.” tanya Citra pada salah satu anggota organisasi.
“Kamu belum tau berita tentang Adji ya? Adji kan kemarin kecelakaan. Sekarang dia dirawat di Rs. Muhammadiyah. Makannya setelah ini kita mau jenguk Adji. Kamu ikut ya!” ajakan Andi kepada Citra
“Iya Ndi, nanti saya biar bareng Rio.”
“Kalau gitu kita mulai aja acaranya sekarang!” Andi yang menggantikan Adji dalam memimpin.
Seminar berlangsung selama 2 jam. Setelah selesai mereka berkumpul didepan aula untuk menjenguk Adji.
”Cit, mau ikut jenguk Adji nggak?” ajak Andi.
“Iya Ndi, aku menyusul aja. Aku ada urusan bentar.” jawab Citra.
“Yaw dah kalo gitu kita duluan ya!” mereka mulai meninggalkan Citra yang masih berdiri didepan aula. Tak lama kemudian Rio datang.
“Sayang, aku mau ngomong sesuatu ke kamu. Begini, kita udah pacaran selama 2 tahun dan aku pengen kita lebih serius lagi. Aku mau kita tunangan minggu depan. Setelah kita lulus nanti aku mau melamar kamu.” Rio menjelaskan keseriusannya itu pada Citra.
“Iya mas.” jawab Citra yang tampaknya masih ragu dengan keputusannya.
“Mas, kita jenguk Adji yuk. Adji kemarin kecelakaan.” sahut Citra.
”Oke!” jawab Rio singkat. Teman-teman yang menjenguk Adji sampai didepan ruangan Adji dirawat.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” jawab Aida.
Mereka masuk dengan rombongan yang mulai memadati ruangan inap Adji. Adji hanya bisa menolehkan kepalanya dan menjawab salam dengan pelan.
“Gimana keadaan kamu sekarang Ji?” tanya salah Andi.
“Ya udah agak mendingan sich, tapi sekarang aku gak bisa maen footsal lagi Ndi.” jawab Adji yang tampak sedih.
“Semoga cepat sembuh ya Ji.” ujar teman-temannya.
“Makasih ya kalian udah dateng, Citra mana kok gak keliatan?” tanya Adji.
“Katanya dia mau menyusul kesini sama Rio.” jawab Andi.
“Tadi Citra nyariin kamu, sekarang gantian kamu yang nyariin Citra.” sahut Andi.

Beberapa menit kemudian mereka pamitan pulang. Selang 10 menit kepergian teman-temannya Citra datang bersama kekasihnya.
“Assalamualaikum.”
”Waalaikumsalam.” Aida dan Adji menjawab salam Citra.
 Adji nampak senang dengan kedatangan Citra meskipun hatinya tidak bisa berbohong kalau rasa cemburu itu ada.
“Mas Adji kenapa bisa jadi seperti ini, gimana kondisi mas Adji sekarang?” Citra tampak mencemaskan Adji.
“Aku hanya kurang berhati-hati saja Cit, aku udah agak mendingan kok.” jawab Adji.
“Semoga lekas sembuh Ji.” ujar Rio.
“iya,makasih ya.” jawab Adji.
Adji memperkenalkan Aida pada Citra dan Rio. Mereka semua tampak asik mengobrol. Setelah cukup lama berkunjung, Citra dan Rio pamitan pulang.
“Kami pulang dulu ya, semoga mas Adji cepat sembuh.” sambil menjabat tangan Adji.
”Amin, kalian hati-hati ya!” ujar Adji.
Citra dan Rio meninggalkan ruangan Adji. Aida memandang wajah Adji yang tampak muram semenjak tamu terakhir yang membesuk tadi pulang.
“Mendingan Mas Adji istirahat aja, biar cepet sembuh!” Aida menyuruh Adji istirahat.
“Iya dech...!!”
 emm...Aida,tolong bangunin aku ya kalo udah adzan ashar ya!” pesan Adji.
“Iya mas Adji.” jawab Aida. Adji mulai memejamkan matanya dan tidur dengan pulas. Pukul 4 telah lewat, tiba-tiba Adji terbangun.
”Jam berapa sekarang?” Adji bertanya dalam hati. Adji melihat Aida yang tertidur diatas kursi dengan meletakkan mukanya diatas tempat tidur Adji. Dalam hatinya dia berkata “Kasihan Aida, dia pasti capek sekali seharian menunggu aku disini.” Aida mulai terbangun dari tidurnya.
“Astagfirullahalazim, saya ketiduran. Tadi mas Adji berpesan untuk dibangunkan saat adzan ashar. Apa mas Adji udah bangun dari tadi?” Aida yang langsung melihat jam tangannya.
”Udah jam 5 mas Adji, masih ada waktu buat sholat ashar kok.” sahut Aida.
“Iya, tolong ambilkan air untuk wudhu ya!” pinta Adji.
”Siap mas Adji.” Aida bergegas mengambil gayung yang diisi air.
 Setelah wudhu Adji sholat berjamaah dengan Aida. Dalam posisi duduk dengan kaki diluruskan. Adji memimpin sholat. Usai sholat mereka berdoa memohon kepada Allah. Orang tua Adji dan adik-adiknya datang untuk menunggu Adji.
“Nak Aida pasti capek, biar kami yang menunggu Adji malam ini. Neng pulang aja!” pinta ayah Adji.
“Iya pak, kalo gitu Aida pulang dulu. Cepet sembuh ya Mas Adji.”
 Aida berpamitan dan meninggalkan ruangan.
***
            Setelah dirawat selama 10 hari, Adji diperbolehkan pulang oleh dokter. Adji masih harus cek up ke rumah sakit untuk terapi. Aida yang mengurus administrasinya. Adji pulang dengan diantar menggunakan mobil milik Aida. Sesampainya dirumah Adji langsung menuju kamarnya.
”Alhamdulillah akhirnya aku pulang juga.” Adji yang tampak senang karena sudah pulang dari rumah sakit.
 Para tetangga mulai banyak yang berdatangan ke rumah Adji untuk menjenguk Adji.
”Mas Adji, Aida pamit pulang dulu karena hari ini Aida ada acara keluarga.” Aida pun berpamitan pada semuanya.
“Iya, makasih ya udah menolong dan merawat saya. Hati-hati dijalan.” Adji yang sangat berterima kasih pada Aida.
“Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” Adji mengantar sampai depan rumah dengan menggunakan tongkat yang membantunya berjalan.
Adji kembali masuk kedalam rumah dan berbaring didekat ruang tamu karena para tetangga masih berdatangan menjenguk Adji.
***
Zal, bsok Q nebeNg U ya brNgkt KuLiaHnya....!!
Adji yang lagi sibuk dengan hpnya dan mengirim pesan sms ke Rizal. Tak lama kemudian Adji menerima  pesan dari Rizal.
Km kan lgi sakit to ji, jngan maksain diri buat kuliah tow.
Istirht ja dulu.
Rizal menyarankan agar Adji istirahat. Pesan pun dikirim ke Adji.
Q g’ bsa Lama2 brdiam diri drmh Zal.
Q udH tertinggal  mata kuLiaH.
Pokoknya bsok Q nebeng. Oke Cuy...!
Adji tetep ngotot mau kuliah meski kaki belum sembuh.
Okey!
Rizal membalas pesan dengan singkat.
Pagi harinya Rizal datang dengan motor gedhenya. Adji bergegas keluar dan tak lupa berpamitan dengan orang tuanya. Keduanya berpamitan dan meninggalkan halaman rumah. Sesampainya di kampus Rizal mengantar Adji sampai diruangannya.
“Adji, aku kangen banget sama kamu, dikampus gak ada kamu rasanya begitu sepi kelas ini. I Miss you Ji.”Dea mulai dengan kegenitannya mendekati Adji.
“Dea, ada tugas gak dari dosen?” Adji tidak menanggapi perkataan Dea.
“Kamu gak kangen po sama aku?” Dea tetep aja membahas kata-kata tadi.
“Iya, aku juga kangen sama kamu.” jawaban Adji yang tidak sesuai kata hatinya.
“Biar aja dia GR sekarang.” Kata Adji dalam hati
“Gimana ada tugas gak?” Adji mengulang pertanyaannya.
“Gak ada kok, Cuma presentasi aja kemaren.” Jawab Dea yang terus memandang Adji sambil senyam senyum.
“Dea, kamu kenapa senyam senyum gitu sich, aneh tau gak?” Adji sedikit terganggu dengan kelakuan Dea.
“Meskipun kamu sakit, tapi kamu tetep keren. I luph you Ji.” Dea semakin kegenitan.
“Dasar cewek genit, Adji baru aja dateng ee cewek genit udah ngegodain....!!” Tampak Anggi yang datang menghampiri mereka berdua,terlihat dari wajahnya agak cemberut karena Dea yang menghampiri Adji duluan. Gak cuma Dea doang yang suka sama Adji, Anggi kan juga suka sama Adji.
“Hai Ji, apa kabar?” sapa Anggi.
“Udah baikan kok Nggi.” Jawab Adji
“Elo jangan iri ya kalo Adji juga kangen ma gue.” Dea mulai manas-manasin Anggi.
“Apa?? Aku gak salah denger nich....” Anggi yang agak ketus bicaranya.
“Apa-apaan sich kalian....!”
“Knapa musti diributin sich.....” tegas Adji.
 “Biasalah Ji, mereka kan naksir ama elo....!!” terdengar suara Wisnu yang sempat mendengar obrolan mereka.
 “Makannya Ji, cepet-cepet punya cewek biar mereka gak bersaing ngrebutin kamu terus.” Saran Wisnu si playboy kampus yang hobi banget gonta ganti cewek.
Tak lama kemudian Dosen memasuki ruangan dengan membawa laptop. Suasana menjadi kondusif.
***
“Assalamualaikum mas Adji.” Terdengar suara yang dikenali oleh Adji.
“Waalaikumsalam....” sambil menengok melihat kebelakang. Tampak seorang wanita yang begitu anggun.
“Mas Adji kenapa maksain berangkat, kakinya kan belum sembuh!”tegur Citra yang mendekati Adji.
“Aku takut ketinggalan mata kuliah Cit.”
Dalam hati Adji sebenarnya tidak hanya itu saja alasan kenapa dia berangkat kuliah, alasan laen karena dia merindukan wanita yang kini berada didepannya.
“Gimana kalo kita pulang bareng?” Ajak Citra.
“Makasih Cit, Rio pasti udah nungguin kamu.” Jawab Adji.
“Dia gak akan nungguin aku lagi kok.”tegas citra.
“Kenapa? Kalian lagi marahan ya.....?”
“Gak hanya itu, kita udah putus seminggu yang lalu. Aku juga batalin pertunangan aku sama Rio. Aku masih ragu sama dia. Aku memergoki Rio jalan sama cewek lain. Mereka mesra banget. Awalnya aku bisa memaafkan dia. Tapi dia mengulangi perbuatannya berkali-kali dan dengan cewek yang lain pula.”
“Maaf ya Cit.....! kamu jadi sedih”
“Sebenernya aku malah bersyukur karena Tuhan udah menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.”
“Berarti aku ada kesempatan dong buat deket ma kamu. Hehehehe aku Cuma bercanda kok.” Padahal sebenernya Adji pengen banget jadi cowoknya Citra. Sekarang ada kesempatan buat ngedapetin hatinya Citra.
“Dasar mas Adji bisa aja bercandanya.”
“Oiya, mas Adji hari ini pulang jam berapa?”
“Hari ini aku ada kuliah tambahan jadi pulangnya sore. Knapa Cit?”
“Nanti pulangnya bareng ya, skalian aku mau silaturahmi ke rumah mas Adji.”
“Tumbem nie mau maen ke gubugku.” Adji merendahkan diri
“Udah dech jangan ngeledek, Citra udah lama pengen maen tapi gak sempet.”
“Iya maen aja,, aku seneng kok kalo kamu dateng ke rumahku.”
“Yaw dah kalo gitu ntar kita ketemu disini aja ya.” mereka berpisah.
“Tunggu Cit.....!!!”
“Iya, ada apa mas Adji??”
“Ada yang lupa, Assalamualaikum....!!!”
“Waalaikumsalam.....!!” Citra tersenyum.
Jam 4 sore mereka bertemu ditempat yang tadi mereka ketemu. Sepanjang perjalanan didalam mobil Citra yang begitu nyaman mereka ngobrol dan inilah yang membuat Adji bahagia. Berada disamping Citra dia tampak sumringah. Sampai didepan halaman rumah Adji tampak mobil mewah yang diparkirkan.
“Sepertinya aku kenal dengan mobil itu. Emmm.....!!!” Adji sambil mengingat-ingat pemilik mobilnya.
Lalu Citra memarkirkan mobilnya bersebelahan.
“Assalamualaikum.” Adji dan Citra mengucap salam dan memasuki ruang tamu.
“Waalaikumsalam.” Tampak tamu yang memenuhi ruangan tersebut.
“Mas Adji, perkenalkan ini orang tua Aida.
 “Maaf  kami baru dapat menjenguk sekarang karena kami sedang keluar kota. Ini ada oleh-oleh dari Bogor.” Sambil menyerahkan oleh-oleh kepada orang tua Adji.
“Terima kasih.”
Citra duduk berdekatan dengan Aida, mereka sudah berkenalan waktu Citra menjenguk Adji. Bagaikan dua bidadari kembar yang turun dari surga. “Subhanallah...”
Obrolan yang cukup menghibur dan sesekali mereka menikmati hidangan yang telah disediakan dihadapan. Citra juga larut dalam obrolan tersebut. Menjelang magrib tamu berpamitan mereka pulang termasuk Citra. Setelah sholat magrib Adji menyantap makan malam bersama keluarga dan membuka bingkisan oleh-oleh dari keluarga Aida.
***
S
udah tiga bulan Adji dekat dengan Citra, keduanya sering keluar bareng. Tapi Adji belum juga mengungkapkan cinta pada Citra. Malah kini Aida sering datang kerumah Adji. Adji pun mulai akrab dan berteman dengan Aida. Kedekatan Aida dengan keluarga Adji sangat baik. Terkadang Aida mengajak keluarga Adji jalan-jalan dengan mobil mewahnya keliling jogja. Adji bingung dengan perasaannya sekarang sejak kedatangan Aida, tumbuh rasa suka seperti apa yang dirasakan Adji pada Citra. Itu yang membuat Adji belum siap mengungkapkan perasaannya ke Citra. Kini Adji dihadapkan oleh dua pilihan yang seimbang.
 Beberapa kali dalam tidurnya dia bermimpi bertemu wanita yang wajahnya tertutup cadar. Tubuhnya bersinar cerah. Tapi setiap Adji mendekatinya, wanita bercadar tersebut menghilang. Mimpi itu datang lagi yang ke 3 kalinya. Adji terbangun kemudian dia sholat tahajjut. Dia memohon kepada Allah.
“Apakah ini petunjuk darimu ya Allah...!! Apakah wanita dalam mimpiku itu adalah jodohku.” Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu diungkapkannya usai sholat.
Dalam mimpi berikutnya Adji bersanding dengan wanita bercadar tersebut, kali ini Adji menikahi wanita tersebut. Dalam ranjang mereka berdua saling bertatapan. Perlahan Adji membuka cadar yang dikenakan wanita yang dinikahinya. Suhanallah, Adji mengenali wanita tersebut. Ternyata orang yang mengenakan cadar tersebut adalah Aida. Adji terbangun dari tidurnya.
“Mimpi itu....?? Aida...??” Adji kemudian sholat.
Pagi harinya usai kuliah Adji langsung menemui seorang kyai. Dia menceritakan apa yang terjadi dalam mimpinya. Kyai itu menafsirkan mimpi tersebut dan memceritakannya pada Adji.
“Tuhan menunjukkan kebesarannya melalui mimpi, barangkali wanita sholehah tersebut adalah jodoh kamu nak. Subhanallah.....!” Kyai itu menepuk bahu Adji dengan pelan.
Adji melangkahkan kakinya menuju halte. Kini kakinya sudah sembuh sehingga dia tidak membutuhkan bantuan tongkat untuk berjalan. Motor yang digunakan sewaktu kecelakaan itu dijual untuk biaya cek up di rumah sakit dan menebus obat sisanya untuk ditabung. Adji sudah memulai rutinitasnya. Sembari menunggu bus Trans jogja dia duduk di halte, dia mengingat-ingat kata-kata Kyai serta saran yang diberikan olehnya. Sesampainya dirumah Adji menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Dia mengambil sesuatu dalam tasnya. Adji menelpon Aida.
“Assalamualaikum Aida.”
“Waalaikumsalam, ada apa mas Adji?” tanya Aida dalam telpon.
“Aku mau ngobrol sama kamu, ini penting. Bisa nggak besok pulang kuliah kita ketemu.”
“Insyaallah bisa. Ketemu dimana mas?”
“Gimana kalo di Warung bakso deket kampus kamu.”
“Iya dech.”
“Jangan lupa besok ya, aku tunggu. Salam buat keluarga kamu dirumah. Assalamualaikum.”
“Iya nanti Aida sampaikan salamnya. Waalaikumsalam.” Mereka mengakhiri perbincangannya ditelpon.
Usai sholat jamaah dimasjid, Adji bergegas pulang dan berganti baju lalu berangkat kerja di warnet Herculez net.
Biasalah kalo udah diwarnet gak pernah ketinggalan update status. Biasanya Adji selalu mampir di fb Citra, tapi sekarang Adji malah suka buka fb punya Aida. Sejak mimpi itu Adji selalu kepikiran Aida. Jangan-jangan cintanya udah berpindah ke laen hati.
“Knapa bro, senyam senyum sendiri. Lagi jatuh cinta ya....??”
“Gak tau nie Ndre, jadi bingung aku skarang.”
“Knapa musti bingung bro, pasti banyak cewek yang lagi ngantri kan? Elo tinggal pilih aja salah satunya. Gampang kan, atau elo gebet aja smuanya!”
“Bukan itu Ndre masalahnya. Aku mau melamar seseorang.”
Andre tersentak kaget mendengarnya.”Jangan bercanda kamu Ji. Elo kan belum pernah pacaran terus tiba-tiba elo mau melamar seseorang. Jangan-jangan kamu udah bikin tu cewek bunting ya?”
Astagfirullahalazim, kamu jangan ngomong sembarangan Ndre.”
“Sorry bro, gue cuma bercanda tadi. Gue kenal banget elo kayak gimana. Elo thu orang baik Ji. Emangnya cewek mana yang bakal elo lamar Ji?”
“Kamu inget gak cewek yang pernah nabrak aku terus jagain aku dirumah sakit.”
“Iya iya gue inget. Wah kamu pinter bisa memilih calon istri yang sholehah. Good luck ya. Gue pulang dulu bro.”
“Iya, hati-hati Ndre.”
***
Sepulang kuliah Adji menunggu Aida di tempat mereka janjian.
“Assalamualaikum mas Adji.”
“Waalaikumsalam.”
“Tumben ngajakin ketemuan. Ada apa mas?”
Adji mulai gugup saat Aida mulai bertanya. Adji mengalihkan pertanyaannya. “Emm kita pesan bakso dulu ya, stelah makan ntar aku jelasin.”
“Iya deh.”
Mereka berdua menyantap bakso dengan lahap hingga habis. Tampak dari raut wajah Adji yang menampakkan keseriusannya.
“Aida, aku bermaksud ingin melamar kamu.”
“Apa kamu mau menerima lamaran aku.”
“Kenapa mas Adji tiba-tiba mau melamar saya? Bukankah mas Adji lagi deket sama Citra?” Aida yang tak menyangka dan masih ragu dengan lamaran mas Adji.
“Karena aku mulai menyayangimu. Kamu selalu hadir dalam mimpiku.” Jawab Adji dengan penuh perasaan.
“Aida mau menerima lamaran mas Adji. Jujur Aida sayang sama mas Adji, Tiap malam Aida berdoa pada Allah supaya kita berjodoh nantinya. Aida hanya gak mau merusak hubungan mas Adji dengan mbak Citra. Aida tau kalo mas Adji dekat sama mbak Citra.”
“Aku dan Citra hanya berteman saja. Dulu aku memang suka sama Citra, tapi sekarang kamulah yang selalu ada dalam pikiranku.
(ceritanya masih bersambung kawan)