KAULAH
JODOH DARI TUHAN
UNTUKKU
agi-pagi buta adji udah sibuk
menyiapkan koran-koran buat dianter ke para langganannya. Dia anak pertama dari
3 bersaudara. (Adji, Dita, Iwan) Nama lengkapnya Muhammad Adji Setiawan. Biasa
dipanggil Adji. Adji adalah seorang mahasiswa UNY dia mengambil jurusan TI. Sekarang
dia udah semester 5. Meskipun dia Cuma seorang anak petani, tapi dia bisa
membiayai kuliah dengan uangnya sendiri, bahkan dia bisa membiayai sekolah
adik-adiknya. Ibunya bekerja sebagai karyawan di pabrik tekstil dan gajinya pun
hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Orang tuanya hanya mampu
membiayai Adji hingga SMA. Tapi adji ngotot tetep mau ngelanjutin kuliah.
Untungnya Adji dapat beasiswa tiap semesternya, tau sendiri Adji itu punya otak
yang encer alias dia itu pandai dalam
segala bidang mata kuliah. Sampe temen-temennya heran.
”Ji, kamu tiap hari makan apa sih kok otak kamu jadi encer gitu??”sindiran teman-temannya.
“Kalian ini berlebihan,aku tiap hari makan nasi kok.” tegas si Adji dengan
mengumbar senyuman.
“Terus
kamu kok bisa pinter gitu coba?” saut Anggi temen sekelasnya.
”Resepnya
cuma membaca,berdoa dan berusaha,udah berapa kali aku kasih tau ke kalian.” jawab
Adji dengan sedikit jengkel.
Biasanya setelah
mengantar koran pada langganannya Adji langsung berangkat kuliah ke kampus
dengan sepeda motor tua tahun 90an. Dia
gak merasa minder dengan keadaannya malah dia selalu ceria. Ya dia kadang
menghibur diri dalam hati.
”Suatu hari aku pasti
bisa beli motor yang bagus.” katanya dalam hati.
Mengenai penampilan,
ternyata Adji gak mau ketinggalan tren. Dia sederhana tapi tetep gaya. Biar gak
dibilang “katrok” alias ndeso pol.
Kalo mengenai fisik Adji termasuk cowok yang menjadi idaman setiap cewek.
Bayangin aja, dia itu sholatnya rajin, Adji juga hafal Al Qur’an, tiap hari
jum’at sore dia slalu mengajar anak-anak TPA. Soal agama udah pasti bagus, Adji
orangnya pekerja keras. Dari membuka usaha koran, jaga warnet, bimbingan
belajar, mengajar di TPA, kadang dia bantuin ibunya masak catering. Adji juga
jago masak lho. Dia gak pernah ngeluh dengan jadwal padat hariannya. Mengenai
fisik Adji tergolong tipe cowok ganteng. Wajahnya mirip seperti Nicholas
Saputra (aktor dalam film AADC) tinggi badan 175 cm,kulit sawo matang, badan
sedikit kekar karena dia termasuk pecinta olah raga. Yang paling disukai adalah
sepak bola. Adji ngefans banget ama Kaka (pemain
sepak bola internasional). Adji orangnya cerdas, mau berbagi ilmu dengan
teman-temannya, dia juga mudah bergaul,mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Banyak cewek yang
ngantri pengen dijadiin pacarnya. Tapi
sayang, Adji belum mau pacaran. Ada sich cewek yang dia taksir di kampus.
Namanya Citra Aulia Wulandari dia ambil jurusan bahasa. Citra seangkatan dengan
Adji. Citra emang cantik, dia berjilbab, dia juga pinter, Citra adalah anak
orang kaya tapi sayang, Citra udah punya cowok.
Adji mulai kenal dengan Citra waktu semester 3. Waktu itu mereka bertemu dalam
suatu organisasi dikampus. Adji pun mulai berkenalan dengan citra tapi hanya
sebatas berkenalan aja. Adji udah tau kalo Citra udah punya cowok. Mereka
selalu ketemu dalam setiap acara organisasi. Dalam organisasi itu Adji menjabat
sebagai ketua sedangkan Citra menjabat sebagai sekretaris. Mereka berdua aktif
dalam berorganisasi. Sejak itu Adji mulai suka dengan Citra. Adji bukan tipe
cowok yang suka ngegombal (suka merayu). Tapi lebih ke sikapnya yang memang
perhatian. Adji bukan cowok yang sok alim, dia mau aja pacaran, cuma cewek yang
dia suka udah punya pacar. Alasan lain kenapa Adji gak mau ngedeketin Citra itu
karena Adji merasa dirinya tidak pantas mencintai wanita yang dianggapnya
istimewa itu. Adji berpikir aku ini hanya orang miskin yang tidak pantas untuk
mencintainya.
***
“Mas Adji kenapa bengong,
awas lho ntar kesambet.” tutur Citra
yang mulai mendekati Adji.
“Eh Citra, ngagetin aja
kamu Cit.” jawab Adji yang tersadar dari lamunannya.
“Hayo mas Adji lagi
mikirin apa?” sahut Citra dengan rasa penasaran.
“Ah gak lagi mikirin apa-apa kok. Oiya, Kamu
udah sholat dzuhur pa belum Cit?” tanya Adji pada Citra yang sedang duduk
didekatnya.
“Udah kok mas.” balas
Citra. Tiba-tiba datang seorang cowok yang baru aja memarkirkan mobil didekat
Adji dan Citra duduk.
“Hay sayang!” sambil
melambaikan tangan mengarah pada Citra.
“Hai mas Rio!” balas
Citra dengan senyuman yang mulai merekah.
“Kayaknya asik nich
ngobrolnya.” tanya Rio dengan senyuman kecil.
“Oiya mas Adji, kenalin
ini pacar Citra namanya Rio Armando!” Citra sambil berdiri memperkenalkan Rio
pada Adji. Setelah perkenalan itu mereka duduk dan bercerita sambil terkadang
keluar celetuk lucu dari Rio yang membuat suasana menjadi lebih akrab.
”Maaf,saya pamit dulu ya
soalnya hari ini saya ada acara.” tungkas
Adji sambil berdiri dan berpamitan pada Rio dan Citra. Rio dan Citra juga
meninggalkan tempat itu dan menuju pada mobil yang parkir disebelahnya. Karena
keasyikan bercerita Citra lupa akan tujuan menemui Adji tadi. Citra mau meminta tanda tangan ketua
untuk menandatangani surat Permohonan Peminjaman tempat yang nantinya akan
digunakan seminar hari minggu. Sampai didepan rumah Citra, Rio tetap berada
didalam mobil dan meninggalkan Citra di halaman rumahnya.
”Mas pulang dulu ya dek.”
Rio pamit.
“Iya mas, hati-hati ya!” sahut
Citra sambil melambaikan tangan kearah Rio yang mulai meninggalkan Citra. Citra
pun meninggalkan halaman dan memasuki rumah yang begitu mewah menuju kamarnya.
Tampak tempat tidur yang luas dan empuk
dan terlihat lemari besar disampingnya ruangan yang nyaman dan tertata rapi,
Citra langsung menuju tempat tidur dengan bantal warna ungu kesayangannya.
Citra mulai mengeluarkan BB dari tas lalu menelpon Adji. Tut..tut..tut..
***
“Halo Assalamualaikum!” terdengar
suara perempuan yang menjawab telpon. ”Waalaikumsalam, Ini bener nomornya Adji
kan?” tanya Citra.
“Iya mbak, ini nomornya
mas Adji, saya Dita adeknya mas Adji.” jawab Dita dengan nada yang sopan.“ Boleh
saya bicara sama mas kamu.” sahut Citra.
“Maaf mbak, mas Adji gak
lagi dirumah, kebetulan tiap hari jum’at sore mas Adji mengajar anak-anak TPA
di Masjid As syifa.” jawab Dita.
“Dek Dita, Boleh mbak minta
alamatnya?” tanya Citra lagi.
“Boleh mbak, nanti Dita
kirim alamatnya lewat sms.” jawab Dita.
“Yaw dah kalo gitu, makasih
ya Dita. Mbak tunggu lho smsnya, assalamualaikum.” salam Citra sambil mengakhiri
perbincangan ditelpon.
“Waalaikumsalam.” jawab
Dita sambil menutup telpon dari Citra.
Beberapa menit kemudian
ada sms masuk.
Asslm mbk
Citra,
Ini
alamtNy: jl Pramuka gang Anggrek Bulan no.08 Masjid As Syifa
By:
Dita.
Setelah membaca sms dari
Dita, Citra bergegas keluar dan mengeluarkan sepeda motornya lalu pergi menuju
alamat tersebut. Untungnya Citra tidak kesulitan mencari alamat tersebut, 15
menit perjalanan Citra sampai di Masjid As Syifa. Sampai didepan Masjid, Citra
melihat banyak anak-anak yang mengantri untuk mengaji.
***
“Assalamualaikum” Citra
mengucap salam.
“Waalaikumsalam” jawab
anak-anak dengan serempak.
“Ustadzah baru ya mbak.” tanya salah seorang anak yang sedang
mengantri mengaji.
“Bukan dek, mbak kesini
mau mencari mas Adji.” jawab Citra.
“O... mau cari pak ustadz
Adji ya, sebentar ya mbak saya panggilkan ustadz. Mari masuk mbak.” anak itupun
meninggalkan Citra dan memanggil Adji dengan sebutan pak ustadz Adji. Tidak lama
kemudian Adji menemui Citra.
“Assalamualaikum mas
Adji.” Sapa Citra.
“Waalaikumsalam.” jawab
Adji dengan kaget melihat kedatangan Citra.
“Kok kamu tau saya ada
disini, emangnya ada perlu apa Cit ?” Tanya Adji dengan keheranan.
“Tau donk....!! kan Dita
yang kasih tau alamatnya. Tadi aku telpon mas Adji, terus yang angkat telpon
adek kamu. Kirain tadi pacarnya, hehehe Citra Cuma bercanda lho mas.”
“Begini mas, kedatangan
Citra kesini untuk meminta tanda tangan ketua organisasi.” jawab Citra dengan
iseng menggoda Adji sambil memberikan surat dan pulpen kepada Adji.
Kemudian Adji
menandatangani surat tersebut.
“Cit, setelah ini kamu
ada acara gak?” tanya Adji.
“Emmmm..... kayaknya sich
gak ada. Emangnya kenapa mas?” Citra tanya balik.
“Begini Cit, kebetulan
ustadz yang lain tidak dapat hadir disini jadi aku mengajarnya kuwalahan kalo
sendiri. Gimana kalo kamu bantuin aku, Itung-itung buat amal.” Seru Adji.
“Boleh mas.” jawab Citra dengan singkat sambil mengambil surat dan pulpen.
Kemudian mereka mengajar
anak-anak yang sudah mengantri dari tadi.
“Katanya mbak bukan ustadzah.” tanya seorang anak yang tadi
memanggilkan ustadz Adji.
“Mbak bukan uztadzah dek, mbak cuma pengen mengajar
kalian mengaji.” jawab Citra dengan ramah.
Sebelum magrib anak-anak
TPA sudah selesai mengaji.
“Makasih ya Cit udah
bantuin aku.” kata Adji.
“Sama-sama mas Adji, ternyata
mengajar anak-anak mengaji itu menyenangkan. “Dan dapet pahala juga Cit.” Sahut
Adji dengan cepat.
“Sholat magrib segera
tiba, aku adzan dulu ya, lebih baik kamu bersiap untuk wudhu anak-anak sudah
selesai wudhu thu.” Adji pergi menuju tempat adzan.
Citra keluar masjid dan
segera berwudhu. Tak lama kemudian suara adzan berkumandang dengan indah. Suara
adzan itu membuat hati Citra menjadi tenang dan nyaman. Adji mengalunkan setiap
ayat dengan sangat merdu. Tak lama kemudian banyak orang yang berdatangan ke masjid
untuk sholat berjamaah. Sholat jamaah berlangsung dengan khusuk.
Selesai sholat Citra
menunggu Adji di dekat parkir motornya. Citra menelpon ayahnya karena pulang
malam. Gak lama kemudian Adji keluar dari masjid beserta 2 rekannya yang ikut
sholat jamaah.
“Mas Adji...!!” Citra memanggil
dengan sedikit berteriak.
“Siapa thu Ji, cewek kamu
ya...? Pinter juga kamu nyari cewek.” tanya Rizal salah seorang rekannya.
“Sembarangan kamu, dia
bukan cewek aku Zal. Namanya thu Citra, dia temen di kampus.” Jawab Adji sambil
menepuk bahu Rizal. Mereka bertiga menghampiri Citra.
“Kok kamu masih disini
sich Cit, nanti orang tuamu bingung nyariin kamu lho!”tegas Adji yang juga
khawatir.
“Gak apa-apa kok mas, tdi
Citra udah telpon ayah kok dan ayah bilang kalo untuk urusan kepentingan ayah
mengijinkan.” Citra menjelaskannya pada Adji.
“Kok kita dicuekin
sich....! mosok kita gak dikenalin ama mbak yang cantik ini.” seru Irfan yang
menyela perbincangan Adji dan Citra.
“Oiya... kenalin ini
Rizal dia kuliah dikampus kita juga semester 3 dia ambil jurusan psikologi.
Kalo yang rambutnya kayak bakmi ini namanya Irfan dia kuliah di UII semester 5
ambil jurusan kedokteran.” Adji memperkenalkan mereka pada Citra.
“Namaku Citra, aku kuliah
di UNY semester 5 jurusan bahasa.” tegas Citra dengan ramah. Suasana menjadi
hening.
“Eh Ji, bukannya sekarang
kamu musti jaga warnet?” tanya Irfan yang memecahkan keheningan dan semua mata
tertuju padanya.
“Iya Fan aku tau, 15
menit lagi aku berangkat kok!” jawab Adji.
“Mas Adji jaga warnet tho?
kok Citra baru tau ya, ow.... pantes tiap malem online terus. Tempatnya jauh
gak mas?” timpal Cirta yang ingin tau.
“Aku emang belum cerita
sich sama kamu. Tempatnya gak jauh kok Cuma 10 menit dari rumah.”
“Gimana kalo Citra anterin?” Citra menawarkan
diri.
“Makasih Cit, tapi gak
usah soalnya aku musti pulang dulu.” jawab Adji yang menolak tawaran Citra
dengan sopan.
“Gak papa Ji, biar Citra
anterin kamu pulang dulu baru ke warnet. Dari pada ntar elo telat hayo!” bujukan
Irfan yang suka menyela perbincangan
mereka.
“Iya Irfan ada benernya
juga Ji!” timpal Rizal.
“Gimana ya....!” Adji
yang masih mikir-mikir.
“Udah gak papa bonceng
aku yuk, sekalian biar aku tau rumah kamu!” sela Citra yang mulai menghidupkan
mesin motor.
“Zal, Fan, aku pulang
duluan ya...!!” sahut Adji sambil menaiki motor yang dikendarai Citra.
“kita duluan ya mas,
assalamualaikum.” timpal Citra yang mulai meninggalkan Rizal dan Irfan.
“Waalaikumsalam, hati-hati
ya!” Citra dan Adji mulai jauh meninggalkan mereka. Beberapa menit kemudian
mereka sampai dirumah Adji.
***
“Ini rumahku, jelek ya!” ujar
Adji sambil menunjukkan rumahnya.
“Ah enggak kok mas.” balas
Citra.
“Assalamualaikum...!” Adji
sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam.” keluarga
Adji yang membalas salam dari dalam rumah.
Tiba-tiba pintu dibuka,
dari dalam rumah tampak seorang gadis belia yang cantik dan berjilbab.
“Mbak Citra ya? yang tadi
telpon khan, silakan masuk!” Dita yang asal nebak tapi bener
“Iya, saya Citra yang
tadi telpon.” Jawab citra sambil memasuki ruang tamu.
“Dek, temani mbak Citra
ngobrol ya, mas mau ganti baju dulu soalnya mas keburu-buru.” seru Adji yang
tergesa-gesa masuk ke kamar.
“Iya mas.” jawab Dita
singkat.
“Dita, kamu kelas berapa sekarang?” tanya
Citra.
“Kelas 1 SMA mbak, mbak
Citra pacaran ya sama mas Adji?” tanya Dita yang sedang menggoda Citra.
“Mbak cuma temenan aja
kok sama mas Adji.” jawab Citra dengan santai.
“Ada tamu tho ternyata.” Ibu
Adji yang muncul dari balik pintu kamar. Citra kemudian berdiri dan memberi
salam pada ibu Adji yang kemudian mereka saling bersalaman.
“Saya Citra bu, temen
kuliah Adji.” sahut Citra yang memperkenalkan diri. Kemudian mereka duduk. Tak
berapa lama kemudian Adji keluar dengan celana jeans dan mengenakan tshirt
putih serta jaket kesayangannya. Adji selalu berpenampilan sederhana tapi gaya.
Tapi emang dasarnya keren sich. Mau diliat dari depan belakang samping tetep
oke. Asal ngeliatnya pake mata bukan pake mata kaki.
“Bu, bapak kemana?” tanya
Adji pada ibunya yang duduk disebelah Dita.
“Bapak lagi ada urusan
sama pak Handi, sebentar lagi juga pulang.” jawab ibu yang masih duduk.
“Bu, Adji berangkat kerja
dulu ya!” Adji pamit.
“Saya juga sekalian pamit bu!” Citra yang juga
pamit kepada keluarga Adji.
“Iya, hati-hati ya nak!” balas
ibu.
“Mari bu, Dita, Assalamualaikum!” salam Citra
yang kemudian keluar dari ruang tamu menuju motor matiknya yang disusul oleh
Adji. Kemudian mereka meninggalkan rumah Adji. Dijalan mereka ngobrol-ngobrol
sambil Adji nunjukin jalan. Beberapa menit kemudian mereka sampai didepan warnet Herculez net (nama warnetnya).
***
“Makasih banyak ya Cit
udah nganterin aku ketempat kerja.” ujar Adji sambil turun dari motor.
“Iya sama-sama, kalo gitu
Citra sekalian pulang aja mas, soalnya ntar takut kemalaman.” tungkas Citra
yang masih menaiki motornya.
“Iya, hati-hati dijalan
ya!” sahut Adji.
“Oke,
assalamualaikum...!” Citra pamitan.
“Waalaikumsalam.”balas
Adji yang masih berdiri didepan warnet.
Citra pergi dan mulai
jauh dari pandangan, Adji masuk ke dalam warnet. Disana udah ada penjaga yang
menunggu Adji untuk menggantikan posisinya.
“Ji, gue pulang dulu ya!
selamat bekerja sob!” Andre yang hendak pulang saat Adji menggantikannya posisinya.
“Oke Ndre, tumben kamu
pulangnya buru-buru?” tanya Adji.
“Hari ini gue ada janji
ama cewek gue Ji.” jawab Andre yang bergegas pulang.
“Hati-hati!”
“Oke bro!” jawab Andre
singkat yang mulai meninggalkan warnet.
Adji mulai duduk dan
berhadapan dengan komputer yang selalu menemaninya bekerja. Jari-jarinya mulai
menekan tombol keyboard dengan ketikan 10 jari yang begitu cepat. Dia gak
pernah absen buat update status di fbnya.
Ahahahai......senengnya
Q hari ini.....!!!
Tak lupa Adji mampir di
fbnya Citra. Terus ngetik di statusnya
Thanks
ya. . . . !!
Tiba-tiba pintu terbuka grekkk.......
“Mas, ada tempat yang
kosong gak?”
“Ada mas, no 10.”
Kemudian Adji meneruskan
hobynya itu. Adji juga mampir untuk membuka situs informasi untuk menambah
pengetahuannya. Pintu terbuka lagi, grekkkkkkkkkkk.......
“Mas Adji, sek kosong nomer piro?” tanya Tomi tetangga Adji yang gemar
banget online di warnet.
“Ono jek, nomer 12!” ( Orang-orang biasa memanggil tomi dengan
sebutan Jek /jeko karena tubuhnya yang kurus seperti Michael Jackson). Kemudian
ada pelanggan yang selesai dan membayar.
“Berapa mas?” tanya pelanggan pada Adji yang
sebenarnya juga tau habis berapa.
“4350 rupiah.” Jawab
Adji.
“Ini mas!”pelanggan
memberikan uang 5000 pada Adji.
“Gak ada 50 perak e mas, kembalinya 600 aja
ya. Yang 50 perak disambung besok.” ujar Adji sambil menyerahkan uang
kembaliannya.
“Terima kasih.”
Pelanggan bergantian
keluar masuk. Rasa ngantuk mulai dialami Adji, masih ada beberapa pelanggan
yang setia menemani. Adji keluar sebentar dan membeli wedhang jahe dan 2
bungkus sego kuceng (nasi dan
oseng-oseng yang dibungkus dengan ukuran porsi kecil) di angkringan yang tepat
diseberang warnet. Setelah itu Adji masuk lagi dan melahap sego kuceng itu. Rasa ngantuk mulai hilang dan mulai meneruskan
pekerjaannya. Semakin larut semakin sedikit pengunjungnya. Terkadang kalo tidak
ada orang Adji sempatkan untuk sholat isya dulu kemudian tidur. Jam 4 pagi
sudah ada teman yang menggantikan posisinya.
Suasana masih tampak
gelap. Adji sudah biasa pulang dengan jalan kaki sendiri kadang-kadang Adji
mengendarai sepeda mini milik adiknya. Sampai dirumah, Adji langsung tidur.
***
“Allahu
akbar... Allahu akbar............”
Terdengar suara adzan
subuh, Adji bergegas sholat. Selesai sholat Adji malah tertidur. Ayahnya sudah
sibuk dengan persiapan untuk bekerja kesawah. Selesai sholat subuh berjamaah
dimasjid Pak Ahmadi (ayah Adji) berangkat ke sawah dengan membawa peralatan
yang telah disiapkan. Bu Narni (Ibu Adji) sibuk memasak didapur. Untuk mencari
uang tambahan biasanya bu Narni membuat kue jajanan untuk dititipkan di
warung-warung. Dita biasanya membantu ibu sebelum berangkat sekolah. Biasanya
kalo kakaknya belum bangun Dita yang membangunkan kakaknya. Tapi Dita kasihan
karena kakaknya pasti kecapekan. Terkadang Dita dan Iwan (Iwan adik Adji yang bungsu
dan masih duduk di sekolah dasar kelas 5) yang menggantikan pekerjaan kakaknya
mengantarkan koran ke para pelanggannya. Jam menunjukkan pukul 06.30 Dita dan
Iwan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
“Bu, Dita dan Iwan
berangkat dulu ya, assalamualaikum.” Keduanya tak lupa mencium tangan ibunya.
“Waalaikumsalam, hati-hati ya nak.” jawabnya
yang mengantarkan sampai depan rumah. Kemudian ibu menuju kamar Adji, terlihat
Adji masih tidur pulas.
“Tangi le, wes awan!” ujar ibu sambil mengelus rambut anaknya yang sudah tumbuh
dewasa.
“Inggih buk.” Adji menjawab lalu bangun dengan mata yang masih terpejam.
Ibu kembali lagi ke dapur.
“Bu, Dita ma Iwan udah
berangkat sekolah ya?” tanya Adji yang menuju dapur menemui ibunya.
“Adek-adekmu
sudah berangkat sekolah.” jawab ibu sambil meneruskan masaknya.
“Masyaallah, aku belum
mengantarkan koran bu....!” Adji mulai tergesa-gesa dan menuju ruang
penyimpanan koran.
“Tadi adek-adekmu yang mengantarkan
koran ke pelanggan, Uangnya ditaruh dilaci kamar kamu le.” jawab ibu.
“Ji, antarkan kue-kue ini
ke warung bu Ida dan bu Yanti ya! Ibu mau siap-siap berangkat kerja.”Ibu yang
masih sibuk menata dagangannya.
“Iya bu.”jawab Adji. Adji
bergegas mengantarkan kue yang masih panas itu diwarung-warung yang biasa ibu
menitipkan dagangannya.
Setelah mengantar
daganganya, Adji mengantarkan ibunya ke pabrik yang jaraknya 3 km dari rumah.
Karena hari sabtu kuliah libur biasanya Adji dirumah mencuci baju dan
bersih-bersih rumah. Tiba-tiba hp Adji bunyi tanda ada sms.
Ji, nnt
jd prg maen footsal g?
siang
nnti Q ama Irfan ke rmh U.
By:
Rizal
Adji sibuk membalas sms dari Rizal.
Oke
Zal,,,,! Ajak Budi, Jeko, & Deni skaLiaN ya, biar Ruame....!!
Kemudian Adji meneruskan
pekerjaannya.
“Akhirnya selesai juga
bersih-bersih rumah, capek juga hari ini.” setelah menyelesaikan pekerjaan
rumah Adji mengantarkan makanan untuk ayahnya yang bekerja di sawah.
“Pak, istirahat dulu ini Adji bawakan
makanan!” sambil membawa rantang Adji mendekati ayahnya. Keduanya menyantap
makanan digubug yang terletak dipinggir sawah.
“Alhamdulillah akhirnya
kenyang juga.” seru Adji setelah menghabiskan makanannya.
“Pak, siang ini Adji mau
maen footsal Adji udah janjian ma temen-temen.” Adji minta izin pada ayahnya.
“Bukannya hari sabtu kamu
ngajar les tho Ji?” tanya Ayahnya.
“Iya pak, tapi nanti jam
4 sore jadi sekarang Adji masih ada waktu maen footsal dulu.” Adji menjelaskan
pada ayahnya.
“Ya sudah sana, jangan
lupa jemput Ibumu ya!” sahut ayahnya.
“Iya pak, Adji pergi
dulu, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,
hati-hati!”
Adji pulang dengan
membawa rantang yang sudah kosong. Sesampai didepan rumah mereka sudah menunggu
Adji.
“Berangkat sekarang yukk....!” ajakan
Irfan.
“Mampir sholat dulu di masjid ya!”
Adji menyela.
“Okey... ayo!!” jawab mereka serempak.
***
Setelah sholat jamaah
mereka langsung menuju tempat footsal. Adji emang hebat dalam permainan sepak
bola, sesekali dia memasukkan bola ke gawang yang di jaga oleh Fendi. Ada yang
lebih jago lagi soal permainan sepak bola. Gak disangka ternyata Irfan pandai
banget maen sepak bola. Bahkan dia yang membobol gawang lawan 3 kali. Alhasil permainan
berakhir dengan scor 4-2. Jam menunjukkan pukul 15.30 Adji buru-buru pulang dan
menjemput ibunya.
“Temen-temen aku pulang duluan ya.” sambil
berjalan menuju tempat parkir.
“Hati-hati Ji.” Sahut
Irfan.
Dari tempat footsal Adji
langsung menuju pabrik tempat ibunya bekerja. Beberapa menit kemudian para
karyawan mulai berhamburan keluar. Adji sudah menunggu ditempat biasa dia
menjemput ibunya.
“Sudah lama nak nunggu ibu?” tanya ibu sambil
menaiki motor dibelakang Adji.
“Adji baru aja datang kok
bu.” jawab Adji dengan sopan.
Sampai dirumah Adji mandi,
terus sholat. Dia terburu-buru pergi ke tempat bimbingan belajar karena takut
terlambat. Biasanya kalo pergi Adji selalu pamitan pada orang tuanya. Tapi kali
ini Adji terburu-buru. Sampai diperempatan Adji menerobos lampu merah dan dari
arah samping terlihat mobil yang melaju dengan cepat tiba-tiba
brakkkkkk........!! suara tabrakan terdengar keras hingga menyeret Adji dan
motornya sampai 5 meter dari tempat kejadian. Adji langsung dilarikan ke rumah
sakit. Ibu Adji yang sedang makan tiba-tiba menyenggol gelas yang ada disamping
piring. Pyarrrrr.......!!! gelas terjatuh dan pecah. Perasaan ibu menjadi tak
karuan dan teringat oleh anak pertamanya yang pergi tidak berpamitan. Bapak
yang baru pulang dari sawah tiba-tiba melihat istrinya yang sedang sedih
merangkul kedua anaknya yang sudah pulang sekolah.
“Ada apa bu kok kelihatan sedih.” Tanya bapak
sambil memasuki rumahnya.
“Perasaan ibu gak enak
pak, Ibu baru saja memecahkan gelas.”jawab ibu yang masih tampak sedih.
“Terus apa hubungannya
dengan gelas pecah bu?” tanya bapak lagi.
“Ibu kepikiran sama Adji pak, tadi Adji
buru-buru pergi dan tidak pamit ibu dan adek-adeknya.”jawab ibu yang kemudian
mengeluarkan air mata.
“Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Adji
bu.”ujar bapak menghibur.
***
“Halo selamat sore, apa benar saudara mengenal
pasien yang bernama Muhammad Adji Setiawan! Pasien baru saja mengalami
kecelakaan.” terdengar suara seorang wanita dengan tutur katanya yang sopan.
“Iya saya temannya, maaf ini siapa ya?”tanya
Rizal yang mulai penasaran.
“Kami dari
Rs.Muhammadiyah memberitahukan bahwa
sodara Adji membutuhkan perawatan yang intensif karena luka yang dialami cukup
parah. Mohon sodara menghubungi keluarga pasien untuk segera menandatangani surat
dikarenakan sodara harus segera dioperasi.” Pinta pihak rumah sakit.
“Baik mbak, saya segera
memberitahukan keluarganya. Terima kasih.” Lalu Rizal keluar rumah dan
mengendarai motornya menuju rumah pak Ahmadi.
“Assalamualaikum pak
Ahmadi...!!” dengan nada teriak-teriak Rizal mulai mendekati pintu rumah Adji.
“Waalaikumsalam, ada apa Zal kok
teriak-teriak!” jawab bu Narni yang usai sholat ashar.
“Adji bu, Adji kecelakaan.
Sekarang dirawat dirumah sakit dan harus di operasi!” jawab Rizal dengan wajah
yang tampak sedih. Tiba-tiba pak Ahmadi keluar dari kamar.
“Ada apa Zal, masyaallah bu kenapa?” melihat
istrinya yang tiba-tiba pingsan dan jatuh dipangkuan Rizal. Kemudian menggotong
bu Narni ke dalam kamar.
“Pak Ahmadi, Adji
sekarang dirawat dirumah sakit dan harus segera dioperasi.” Rizal menjelaskan
kepada pak Ahmadi.
“Aatagfirullahalazim, Zal sekarang antarkan
saya kerumah sakit ya!” Dita jaga ibu baik-baik, bapak ke rumah sakit dulu!”
Pak Ahmadi kemudian membuka lemari dan mengambil uang simpanannya.
“Iya pak.”
“Mas Rizal hati-hati ya
jangan terburu-buru!” pinta Dita pada Rizal.
“Iya Dit, kami pergi
dulu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Kemudian Rizal dan pak Ahmadi pergi menuju
rumah sakit.
Sekitar 30 menit kemudian
mereka tiba dirumah sakit. Suster mengantarkan keluarga pasien ke ruangan ICU. Melihat
kondisi Adji yang tidak sadarkan diri, Rizal langsung menghubungi semua
rekan-rekan Adji. Pak Ahmadi langsung menandatangani surat perjanjian dan
sesegera mungkin anaknya untuk dioperasi pada bagian kaki kirinya yang patah.
Para dokter mempersiapkan peralatan operasi dan segera membawa Adji ke ruang
operasi. Adji akan dioperasi pada jam 19.00 wib. Pak Ahmadi tampak tegar dan
selalu membacakan doa-doa untuk keselamatan anaknya. Pihak kepolisian
mendatangi keluarga korban dan membicarakan tindak lanjut dengan pihak yang
menabrak Adji.
“Zal, kamu tunggu Adji disini ya, bapak mau ke
kantor polisi dulu!” pinta Pak Ahmadi kepada Rizal.
“Iya pak!” Kemudian pak
Ahmadi dan pak polisi meninggalkan rumah sakit.
Sesampai di kantor polisi, pak Ahmadi melihat
seorang wanita cantik yang berjilbab seumuran dengan anaknya si Adji.
“Silakan duduk pak!”
“Begini pak, sodari Yasmin Nur Aida ini yang
telah menabrak putra bapak. Dan sodari ini bersedia menanggung semua biaya
perawatan putra bapak hingga sembuh. Apakah bapak setuju atau menuntut
permasalahan ini?” polisi yang memberikan penjelasan kepada pak Ahmadi.
“Bapak ikhlas dengan apa yang telah terjadi,
bapak tidak ingin menuntut siapapun. Bapak hanya merasa sedih melihat anak
bapak terbaring dirumah sakit.” Ujar pak Ahmadi kepada polisi dan wanita yang
duduk disampingnya.
“Maafkan atas kesalahan
saya pak!” Aida memohon-mohon kepada pak Ahmadi untuk memaafkannya.
“Kenapa eneng minta maaf
sama saya!”ujar pak Ahmadi.
“Saya janji akan merawat anak bapak hingga
sembuh!” Aida meyakinkan pak Ahmadi. Setelah melalui jalan damai, Pak Ahmadi
kembali ke rumah sakit. Melihat motor yang dikendarai Adji mengalami rusak
berat pak Ahmadi hanya bisa mengelus dada dan membayangkan betapa sakit yang
dialami anak pertamanya itu. Pak Ahmadi kembali ke rumah sakit dan sudah banyak
kerabat dan teman Adji yang menunggu diruang tunggu. Sudah 2 jam Adji berada
diruang operasi tapi tak kunjung keluar-keluar. Rasa cemas dirasakan oleh teman
dekat dan keluarga Adji. Ibu dan adik-adik Adji datang bersama saudaranya. Aida
semakin merasa bersalah atas insiden kecelakaan sore tadi. Aida berulang kali
meminta maaf kepada keluarga dan teman-teman Adji. Mereka berbesar hati
memaafkan Aida. 1 jam kemudian Adji keluar dari ruang operasi. Adji masih dalam
kondisi tidak sadar.
“Lebih baik nak Aida pulang dan istirahat!”
pak Ahmadi memperhatikan Aida yang mulai tampak pucat.
“Tidak pak, saya disini saja. Saya mau minta
maaf pada Adji setelah dia sadar nanti.”jawab Aida dengan suara yang pelan.
“Iya nak, lebih baik kamu
istirahat dulu besok kan bisa kesini lagi.” Sahut bu Narni.
“Kalau begitu Aida pulang
dulu, assalamualaikum!” setelah berpamitan Aida pun pulang naik taksi.
Teman-temannya yang menjenguk mulai pulang kerumah masing-masing. Tinggal Rizal
dan Irfan yang setia menunggu Adji. Zal, kalian pulang saja. Biar saya saja
yang menunggu Adji.”Pak Ahmadi menyuruh mereka pulang.
“Iya pak, besok kami
kesini lagi. Kalau gitu kami pulang dulu, assalamualaikum!” mereka pun
berpamitan.
“Waalaikumsalam,
hati-hati ya.” Pak Ahmadi mengantarkan mereka sampai didepan pintu.
***
Setelah operasi Adji
belum sadarkan diri. Keesokan harinya Adji mulai tersadar dan membangunkan
semua orang yang ada didekatnya.
“Bu,pak....!” Adji
memanggil kedua orang tuanya dengan merintih kesakitan.
“Syukurlah kamu sudah
sadar nak.”sahut ibu. “Maafkan Adji bu, Adji tidak berhati-hati!” Adji tampak sedih sekali.
“Sudahlah nak, tak perlu
disesali. Allah sedang menguji umatnya. Sabar yo le...!” ibu menghibur Adji
yang masih bersedih.
“Oiya koran hari ini Dita
dan Iwan yang mengantarkannya, tadi setelah sholat subuh Dita dan Iwan diantar
pulang oleh paman. Mungkin mereka datang kesini nanti siang. Kamu gak usah
mikirin pekerjaan dulu ya le, untuk sementara ini kamu harus istirahat.” ibu
memberi nasehat kepada Adji yang terbaring ditempat tidur.
Bapak yang seharian menjaga
Adji tidak mampu menahan rasa ngantuknya. Bapak kemudian duduk bersandar diatas
tikar dan mulai tertidur dengan pulas. Dokter kemudian datang dan memeriksa
kondisi Adji.
“Kakinya jangan
digerakkan dulu, supaya jahitannya tidak tertarik. Oiya tolong obatnya diminum
3x sehari setelah makan. Semoga sodara cepat sembuh!” pak dokter memberikan
anjuran kepada pasien yang bernama Adji.
“Iya Dok, terima kasih!”
jawab Adji.
“Sarapan bubur dulu ya
Ji, mumpung masih hangat!” sambil mengambilkan bubur untuk sarapan Adji.
Tiba-tiba terdengar dari balik pintu.
“Assalammualaikum!” Aida
yang muncul dari balik pintu dengan membawa parsel yang berisi buah-buahan dan
beberapa bungkus makanan.
“Waalaikumsalam.” jawab
Adji dan ibu yang memandang kearah pintu.
Aida mendekati Adji yang akan sarapan
bubur. Aida mau minta maaf karena Aida yang telah menabrak mas Adji hingga
keadaannya seperti ini.” Aida memohon maaf kepada Adji dan sangat menyesali
atas perbuatannya.
“Saya yang salah mbak,
karena saya telah melanggar lalu lintas dan tidak berhati-hati.” tungkas Adji.
“Ya sudah kalau begitu,
kalian sudah saling memaafkan. Ibu lega mendengarnya.”
“Ji, buburnya dimakan
dulu gih!” sahut ibu yang memotong pembicaraan Adji dan Aida.
Adji memakan bubur yang
masih hangat itu hingga tak tersisa.
“Diminum
obatnya.” ibu sambil memberikan obat dan segelas air putih kepada Adji. “Ibu
dan bapak juga harus sarapan, Aida sudah bawakan nasi bungkus kok.” ujar Aida.
“Iya nak Aida, ibu
sarapan dulu ya.” sahut ibu sambil mengambil sebungkus nasi padang. Aida
menemani Adji yang hanya bisa berbaring ditempat tidur.
“Bagaimana kondisi mas Adji sekarang?” tanya
Aida.
“Sudah agak mendingan
kok.” jawab Adji.
“Oiya, nama saya Yasmin
Nur Aida panggil saja saya Aida.” Sambil berjabat tangan dengan Adji.
“Saya Muhammad Adji
Setiawan panggil saja Adji.” balas Adji.
Keduanya pun mulai berbincang-bincang
dan mulai akrab.
***
“Assalamualaikum!” suara yang serempak
mengucap salam.
”Waalaikumsalam, silakan
masuk!” teman-temannya bergantian menyalami Adji.
“Ji, kenapa harus kamu
sich yang sakit. Aku gak rela kalo kamu sampe kenapa-kenapa!” ujar Dea (salah
satu cewek yang menyukai Adji).
“Ini semua kan ujian dari Allah.” jawab Adji.
“Ceritanya gimana sich Ji kok kamu bisa
kecelakaan?” tanya Anggi.
“Aku tergesa-gesa Nggi waktu mau mengajar les.
Aku takut terlambat, aku gak sadar kalo didepan udah lampu merah. Aku langsung
serobot gitu aja trus dari arah samping ada mobil dan tabrakan gak bisa
dielakkan. Setelah itu aku gak sadar.” Adji menceritakan kejadian tabrakan itu
pada teman-temannya.
Aida keluar dari ruangan
dan membiarkan teman-temannya menghibur Adji yang sedang sakit. Wisnu,Tedy,Arya,Rifan,Hendra,Ody,Kiki,Dea,Anggi,Lala
dan Mitha mengelilingi tempat tidur Adji. Ruangan mulai tampak gerah. Mereka
prihatin atas kejadian yang menimpa teman baiknya itu. Setelah cukup lama
mereka membesuk Adji, kemudian mereka pun pamitan pulang.
“Nak Aida, bapak dan ibu
pulang dulu ya, nanti kita kesini lagi.”Pak Ahmadi meminta Aida untuk menjaga
Adji.”
***
Citra belum mengetahui
tentang berita kecelakaan Adji, pukul 09.30 pagi dia berangkat dari rumah
menuju kampus. Rapat organisasi akan dimulai pukul 10.00. Tin...tin... didepan
rumah Citra sudah ada seseorang yang menanti dengan mobil mewahnya.
“Hay mas Rio!!” sapa
Citra dengan wajah yang ceria.
“Hari ini kamu cantik
banget Cit.” Rio memuji Citra sambil membukakan pintu mobilnya.
“Mulai deh ngegombalnya.”
Citra sedikit risih dengan rayuan Rio. Rio mengemudi mobilnya dengan pelan.
“Cit, aku mau ngomong
serius ama kamu.” Rio yang sambil mengemudikan mobilnya.
“Mau ngomong apa sih mas,
mendingan nanti aja ngomongnya. Mas kan lagi nyetir.” sahut Citra.
“Yaw dah habis kamu seminar
kita bicarakan masa depan kita.” sahut Rio yang kemudian menambahkan
kecepatannya. Sampai dikampus Citra masuk ke ruangan, disana sudah ada anggota
yang menghadiri seminar. Citra tidak melihat Adji dalam seminar.
“Andi, mas Adji kok belum
dateng ya. Biasanya dia dateng tepat waktu.” tanya Citra pada salah satu
anggota organisasi.
“Kamu belum tau berita tentang
Adji ya? Adji kan kemarin kecelakaan. Sekarang dia dirawat di Rs. Muhammadiyah.
Makannya setelah ini kita mau jenguk Adji. Kamu ikut ya!” ajakan Andi kepada
Citra
“Iya Ndi, nanti saya biar
bareng Rio.”
“Kalau gitu kita mulai
aja acaranya sekarang!” Andi yang menggantikan Adji dalam memimpin.
Seminar berlangsung
selama 2 jam. Setelah selesai mereka berkumpul didepan aula untuk menjenguk
Adji.
”Cit, mau ikut jenguk
Adji nggak?” ajak Andi.
“Iya Ndi, aku menyusul
aja. Aku ada urusan bentar.” jawab Citra.
“Yaw dah kalo gitu kita
duluan ya!” mereka mulai meninggalkan Citra yang masih berdiri didepan aula.
Tak lama kemudian Rio datang.
“Sayang, aku mau ngomong
sesuatu ke kamu. Begini, kita udah pacaran selama 2 tahun dan aku pengen kita lebih
serius lagi. Aku mau kita tunangan minggu depan. Setelah kita lulus nanti aku
mau melamar kamu.” Rio menjelaskan keseriusannya itu pada Citra.
“Iya mas.” jawab Citra
yang tampaknya masih ragu dengan keputusannya.
“Mas, kita jenguk Adji
yuk. Adji kemarin kecelakaan.” sahut Citra.
”Oke!” jawab Rio singkat.
Teman-teman yang menjenguk Adji sampai didepan ruangan Adji dirawat.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” jawab
Aida.
Mereka masuk dengan
rombongan yang mulai memadati ruangan inap Adji. Adji hanya bisa menolehkan
kepalanya dan menjawab salam dengan pelan.
“Gimana keadaan kamu
sekarang Ji?” tanya salah Andi.
“Ya udah agak mendingan
sich, tapi sekarang aku gak bisa maen footsal lagi Ndi.” jawab Adji yang tampak
sedih.
“Semoga cepat sembuh ya
Ji.” ujar teman-temannya.
“Makasih ya kalian udah
dateng, Citra mana kok gak keliatan?” tanya Adji.
“Katanya dia mau menyusul
kesini sama Rio.” jawab Andi.
“Tadi Citra nyariin kamu,
sekarang gantian kamu yang nyariin Citra.” sahut Andi.
Beberapa
menit kemudian mereka pamitan pulang. Selang 10 menit kepergian teman-temannya Citra
datang bersama kekasihnya.
“Assalamualaikum.”
”Waalaikumsalam.”
Aida dan Adji menjawab salam Citra.
Adji nampak senang dengan kedatangan Citra
meskipun hatinya tidak bisa berbohong kalau rasa cemburu itu ada.
“Mas
Adji kenapa bisa jadi seperti ini, gimana kondisi mas Adji sekarang?” Citra
tampak mencemaskan Adji.
“Aku
hanya kurang berhati-hati saja Cit, aku udah agak mendingan kok.” jawab Adji.
“Semoga
lekas sembuh Ji.” ujar Rio.
“iya,makasih
ya.” jawab Adji.
Adji
memperkenalkan Aida pada Citra dan Rio. Mereka semua tampak asik mengobrol.
Setelah cukup lama berkunjung, Citra dan Rio pamitan pulang.
“Kami
pulang dulu ya, semoga mas Adji cepat sembuh.” sambil menjabat tangan Adji.
”Amin,
kalian hati-hati ya!” ujar Adji.
Citra
dan Rio meninggalkan ruangan Adji. Aida memandang wajah Adji yang tampak muram
semenjak tamu terakhir yang membesuk tadi pulang.
“Mendingan
Mas Adji istirahat aja, biar cepet sembuh!” Aida menyuruh Adji istirahat.
“Iya
dech...!!”
emm...Aida,tolong bangunin aku ya kalo udah
adzan ashar ya!” pesan Adji.
“Iya
mas Adji.” jawab Aida. Adji mulai memejamkan matanya dan tidur dengan pulas.
Pukul 4 telah lewat, tiba-tiba Adji terbangun.
”Jam
berapa sekarang?” Adji bertanya dalam hati. Adji melihat Aida yang tertidur
diatas kursi dengan meletakkan mukanya diatas tempat tidur Adji. Dalam hatinya
dia berkata “Kasihan Aida, dia pasti capek sekali seharian menunggu aku
disini.” Aida mulai terbangun dari tidurnya.
“Astagfirullahalazim,
saya ketiduran. Tadi mas Adji berpesan untuk dibangunkan saat adzan ashar. Apa
mas Adji udah bangun dari tadi?” Aida yang langsung melihat jam tangannya.
”Udah
jam 5 mas Adji, masih ada waktu buat sholat ashar kok.” sahut Aida.
“Iya,
tolong ambilkan air untuk wudhu ya!” pinta Adji.
”Siap
mas Adji.” Aida bergegas mengambil gayung yang diisi air.
Setelah wudhu Adji sholat berjamaah dengan
Aida. Dalam posisi duduk dengan kaki diluruskan. Adji memimpin sholat. Usai
sholat mereka berdoa memohon kepada Allah. Orang tua Adji dan adik-adiknya
datang untuk menunggu Adji.
“Nak
Aida pasti capek, biar kami yang menunggu Adji malam ini. Neng pulang aja!” pinta
ayah Adji.
“Iya
pak, kalo gitu Aida pulang dulu. Cepet sembuh ya Mas Adji.”
Aida berpamitan dan meninggalkan ruangan.
***
Setelah
dirawat selama 10 hari, Adji diperbolehkan pulang oleh dokter. Adji masih harus
cek up ke rumah sakit untuk terapi. Aida yang mengurus administrasinya. Adji
pulang dengan diantar menggunakan mobil milik Aida. Sesampainya dirumah Adji
langsung menuju kamarnya.
”Alhamdulillah akhirnya
aku pulang juga.” Adji yang tampak senang karena sudah pulang dari rumah sakit.
Para tetangga mulai banyak yang berdatangan ke
rumah Adji untuk menjenguk Adji.
”Mas Adji, Aida pamit
pulang dulu karena hari ini Aida ada acara keluarga.” Aida pun berpamitan pada
semuanya.
“Iya, makasih ya udah
menolong dan merawat saya. Hati-hati dijalan.” Adji yang sangat berterima kasih
pada Aida.
“Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” Adji
mengantar sampai depan rumah dengan menggunakan tongkat yang membantunya
berjalan.
Adji kembali masuk kedalam rumah dan berbaring didekat ruang
tamu karena para tetangga masih berdatangan menjenguk Adji.
***
Zal,
bsok Q nebeNg U ya brNgkt KuLiaHnya....!!
Adji yang
lagi sibuk dengan hpnya dan mengirim pesan sms ke Rizal. Tak lama kemudian Adji
menerima pesan dari Rizal.
Km kan lgi sakit
to ji, jngan maksain diri buat kuliah tow.
Istirht ja dulu.
Rizal
menyarankan agar Adji istirahat. Pesan pun dikirim ke Adji.
Q g’ bsa Lama2 brdiam
diri drmh Zal.
Q udH
tertinggal mata kuLiaH.
Pokoknya bsok Q
nebeng. Oke Cuy...!
Adji tetep
ngotot mau kuliah meski kaki belum sembuh.
Okey!
Rizal
membalas pesan dengan singkat.
Pagi
harinya Rizal datang dengan motor gedhenya. Adji bergegas keluar dan tak lupa
berpamitan dengan orang tuanya. Keduanya berpamitan dan meninggalkan halaman
rumah. Sesampainya di kampus Rizal mengantar Adji sampai diruangannya.
“Adji, aku
kangen banget sama kamu, dikampus gak ada kamu rasanya begitu sepi kelas ini. I Miss you Ji.”Dea mulai dengan
kegenitannya mendekati Adji.
“Dea, ada
tugas gak dari dosen?” Adji tidak menanggapi perkataan Dea.
“Kamu gak
kangen po sama aku?” Dea tetep aja membahas kata-kata tadi.
“Iya, aku
juga kangen sama kamu.” jawaban Adji yang tidak sesuai kata hatinya.
“Biar aja
dia GR sekarang.” Kata Adji dalam
hati
“Gimana
ada tugas gak?” Adji mengulang pertanyaannya.
“Gak ada
kok, Cuma presentasi aja kemaren.” Jawab Dea yang terus memandang Adji sambil
senyam senyum.
“Dea, kamu
kenapa senyam senyum gitu sich, aneh tau gak?” Adji sedikit terganggu dengan
kelakuan Dea.
“Meskipun
kamu sakit, tapi kamu tetep keren. I luph
you Ji.” Dea semakin kegenitan.
“Dasar
cewek genit, Adji baru aja dateng ee cewek genit udah ngegodain....!!” Tampak
Anggi yang datang menghampiri mereka berdua,terlihat dari wajahnya agak
cemberut karena Dea yang menghampiri Adji duluan. Gak cuma Dea doang yang suka
sama Adji, Anggi kan juga suka sama Adji.
“Hai Ji,
apa kabar?” sapa Anggi.
“Udah
baikan kok Nggi.” Jawab Adji
“Elo
jangan iri ya kalo Adji juga kangen ma gue.” Dea mulai manas-manasin Anggi.
“Apa?? Aku
gak salah denger nich....” Anggi yang agak ketus bicaranya.
“Apa-apaan
sich kalian....!”
“Knapa
musti diributin sich.....” tegas Adji.
“Biasalah Ji, mereka kan naksir ama elo....!!”
terdengar suara Wisnu yang sempat mendengar obrolan mereka.
“Makannya Ji, cepet-cepet punya cewek biar
mereka gak bersaing ngrebutin kamu terus.” Saran Wisnu si playboy kampus yang
hobi banget gonta ganti cewek.
Tak lama
kemudian Dosen memasuki ruangan dengan membawa laptop. Suasana menjadi kondusif.
***
“Assalamualaikum
mas Adji.” Terdengar suara yang dikenali oleh Adji.
“Waalaikumsalam....”
sambil menengok melihat kebelakang. Tampak seorang wanita yang begitu anggun.
“Mas Adji
kenapa maksain berangkat, kakinya kan belum sembuh!”tegur Citra yang mendekati
Adji.
“Aku takut
ketinggalan mata kuliah Cit.”
Dalam hati
Adji sebenarnya tidak hanya itu saja alasan kenapa dia berangkat kuliah, alasan
laen karena dia merindukan wanita yang kini berada didepannya.
“Gimana
kalo kita pulang bareng?” Ajak Citra.
“Makasih
Cit, Rio pasti udah nungguin kamu.” Jawab Adji.
“Dia gak
akan nungguin aku lagi kok.”tegas citra.
“Kenapa? Kalian
lagi marahan ya.....?”
“Gak hanya
itu, kita udah putus seminggu yang lalu. Aku juga batalin pertunangan aku sama
Rio. Aku masih ragu sama dia. Aku memergoki Rio jalan sama cewek lain. Mereka
mesra banget. Awalnya aku bisa memaafkan dia. Tapi dia mengulangi perbuatannya
berkali-kali dan dengan cewek yang lain pula.”
“Maaf ya
Cit.....! kamu jadi sedih”
“Sebenernya
aku malah bersyukur karena Tuhan udah menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.”
“Berarti
aku ada kesempatan dong buat deket ma kamu.
Hehehehe aku Cuma bercanda kok.” Padahal sebenernya Adji pengen banget jadi
cowoknya Citra. Sekarang ada kesempatan buat ngedapetin hatinya Citra.
“Dasar mas
Adji bisa aja bercandanya.”
“Oiya, mas
Adji hari ini pulang jam berapa?”
“Hari ini
aku ada kuliah tambahan jadi pulangnya sore. Knapa Cit?”
“Nanti
pulangnya bareng ya, skalian aku mau silaturahmi ke rumah mas Adji.”
“Tumbem
nie mau maen ke gubugku.” Adji merendahkan diri
“Udah dech
jangan ngeledek, Citra udah lama pengen maen tapi gak sempet.”
“Iya maen
aja,, aku seneng kok kalo kamu dateng ke rumahku.”
“Yaw dah
kalo gitu ntar kita ketemu disini aja ya.” mereka berpisah.
“Tunggu
Cit.....!!!”
“Iya, ada
apa mas Adji??”
“Ada yang
lupa, Assalamualaikum....!!!”
“Waalaikumsalam.....!!”
Citra tersenyum.
Jam 4 sore
mereka bertemu ditempat yang tadi mereka ketemu. Sepanjang perjalanan didalam
mobil Citra yang begitu nyaman mereka ngobrol dan inilah yang membuat Adji
bahagia. Berada disamping Citra dia tampak sumringah.
Sampai didepan halaman rumah Adji tampak mobil mewah yang diparkirkan.
“Sepertinya
aku kenal dengan mobil itu. Emmm.....!!!” Adji sambil mengingat-ingat pemilik
mobilnya.
Lalu Citra
memarkirkan mobilnya bersebelahan.
“Assalamualaikum.”
Adji dan Citra mengucap salam dan memasuki ruang tamu.
“Waalaikumsalam.”
Tampak tamu yang memenuhi ruangan tersebut.
“Mas Adji,
perkenalkan ini orang tua Aida.
“Maaf
kami baru dapat menjenguk sekarang karena kami sedang keluar kota. Ini
ada oleh-oleh dari Bogor.” Sambil menyerahkan oleh-oleh kepada orang tua Adji.
“Terima
kasih.”
Citra
duduk berdekatan dengan Aida, mereka sudah berkenalan waktu Citra menjenguk
Adji. Bagaikan dua bidadari kembar yang turun dari surga. “Subhanallah...”
Obrolan
yang cukup menghibur dan sesekali mereka menikmati hidangan yang telah
disediakan dihadapan. Citra juga larut dalam obrolan tersebut. Menjelang magrib
tamu berpamitan mereka pulang termasuk Citra. Setelah sholat magrib Adji
menyantap makan malam bersama keluarga dan membuka bingkisan oleh-oleh dari keluarga
Aida.
***
udah tiga bulan
Adji dekat dengan Citra, keduanya sering keluar bareng. Tapi Adji belum juga
mengungkapkan cinta pada Citra. Malah kini Aida sering datang kerumah Adji.
Adji pun mulai akrab dan berteman dengan Aida. Kedekatan Aida dengan keluarga
Adji sangat baik. Terkadang Aida mengajak keluarga Adji jalan-jalan dengan
mobil mewahnya keliling jogja. Adji bingung dengan perasaannya sekarang sejak
kedatangan Aida, tumbuh rasa suka seperti apa yang dirasakan Adji pada Citra.
Itu yang membuat Adji belum siap mengungkapkan perasaannya ke Citra. Kini Adji
dihadapkan oleh dua pilihan yang seimbang.
Beberapa kali dalam tidurnya dia bermimpi
bertemu wanita yang wajahnya tertutup cadar. Tubuhnya bersinar cerah. Tapi
setiap Adji mendekatinya, wanita bercadar tersebut menghilang. Mimpi itu datang
lagi yang ke 3 kalinya. Adji terbangun kemudian dia sholat tahajjut. Dia
memohon kepada Allah.
“Apakah
ini petunjuk darimu ya Allah...!! Apakah wanita dalam mimpiku itu adalah
jodohku.” Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu diungkapkannya usai sholat.
Dalam
mimpi berikutnya Adji bersanding dengan wanita bercadar tersebut, kali ini Adji
menikahi wanita tersebut. Dalam ranjang mereka berdua saling bertatapan.
Perlahan Adji membuka cadar yang dikenakan wanita yang dinikahinya. Suhanallah,
Adji mengenali wanita tersebut. Ternyata orang yang mengenakan cadar tersebut
adalah Aida. Adji terbangun dari tidurnya.
“Mimpi
itu....?? Aida...??” Adji kemudian sholat.
Pagi
harinya usai kuliah Adji langsung menemui seorang kyai. Dia menceritakan apa
yang terjadi dalam mimpinya. Kyai itu menafsirkan mimpi tersebut dan
memceritakannya pada Adji.
“Tuhan
menunjukkan kebesarannya melalui mimpi, barangkali wanita sholehah tersebut
adalah jodoh kamu nak. Subhanallah.....!”
Kyai itu menepuk bahu Adji dengan pelan.
Adji
melangkahkan kakinya menuju halte. Kini kakinya sudah sembuh sehingga dia tidak
membutuhkan bantuan tongkat untuk berjalan. Motor yang digunakan sewaktu
kecelakaan itu dijual untuk biaya cek up di rumah sakit dan menebus obat
sisanya untuk ditabung. Adji sudah memulai rutinitasnya. Sembari menunggu bus
Trans jogja dia duduk di halte, dia mengingat-ingat kata-kata Kyai serta saran
yang diberikan olehnya. Sesampainya dirumah Adji menjatuhkan tubuhnya ke tempat
tidur. Dia mengambil sesuatu dalam tasnya. Adji menelpon Aida.
“Assalamualaikum
Aida.”
“Waalaikumsalam,
ada apa mas Adji?” tanya Aida dalam telpon.
“Aku mau
ngobrol sama kamu, ini penting. Bisa nggak besok pulang kuliah kita ketemu.”
“Insyaallah
bisa. Ketemu dimana mas?”
“Gimana
kalo di Warung bakso deket kampus kamu.”
“Iya
dech.”
“Jangan
lupa besok ya, aku tunggu. Salam buat keluarga kamu dirumah. Assalamualaikum.”
“Iya nanti
Aida sampaikan salamnya. Waalaikumsalam.” Mereka mengakhiri perbincangannya
ditelpon.
Usai
sholat jamaah dimasjid, Adji bergegas pulang dan berganti baju lalu berangkat
kerja di warnet Herculez net.
Biasalah
kalo udah diwarnet gak pernah ketinggalan update status. Biasanya Adji selalu
mampir di fb Citra, tapi sekarang Adji malah suka buka fb punya Aida. Sejak
mimpi itu Adji selalu kepikiran Aida. Jangan-jangan cintanya udah berpindah ke
laen hati.
“Knapa
bro, senyam senyum sendiri. Lagi jatuh cinta ya....??”
“Gak tau
nie Ndre, jadi bingung aku skarang.”
“Knapa
musti bingung bro, pasti banyak cewek yang lagi ngantri kan? Elo tinggal pilih
aja salah satunya. Gampang kan, atau elo
gebet aja smuanya!”
“Bukan itu
Ndre masalahnya. Aku mau melamar seseorang.”
Andre
tersentak kaget mendengarnya.”Jangan bercanda kamu Ji. Elo kan belum pernah
pacaran terus tiba-tiba elo mau melamar seseorang. Jangan-jangan kamu udah
bikin tu cewek bunting ya?”
“Astagfirullahalazim, kamu jangan ngomong
sembarangan Ndre.”
“Sorry
bro, gue cuma bercanda tadi. Gue kenal banget elo kayak gimana. Elo thu orang
baik Ji. Emangnya cewek mana yang bakal elo lamar Ji?”
“Kamu
inget gak cewek yang pernah nabrak aku terus jagain aku dirumah sakit.”
“Iya iya
gue inget. Wah kamu pinter bisa memilih calon istri yang sholehah. Good luck
ya. Gue pulang dulu bro.”
“Iya,
hati-hati Ndre.”
***
Sepulang kuliah
Adji menunggu Aida di tempat mereka janjian.
“Assalamualaikum
mas Adji.”
“Waalaikumsalam.”
“Tumben ngajakin
ketemuan. Ada apa mas?”
Adji mulai gugup
saat Aida mulai bertanya. Adji mengalihkan pertanyaannya. “Emm kita pesan bakso
dulu ya, stelah makan ntar aku jelasin.”
“Iya deh.”
Mereka berdua
menyantap bakso dengan lahap hingga habis. Tampak dari raut wajah Adji yang
menampakkan keseriusannya.
“Aida, aku
bermaksud ingin melamar kamu.”
“Apa kamu mau
menerima lamaran aku.”
“Kenapa mas Adji
tiba-tiba mau melamar saya? Bukankah mas Adji lagi deket sama Citra?” Aida yang
tak menyangka dan masih ragu dengan lamaran mas Adji.
“Karena aku mulai
menyayangimu. Kamu selalu hadir dalam mimpiku.” Jawab Adji dengan penuh
perasaan.
“Aida mau
menerima lamaran mas Adji. Jujur Aida sayang sama mas Adji, Tiap malam Aida
berdoa pada Allah supaya kita berjodoh nantinya. Aida hanya gak mau merusak
hubungan mas Adji dengan mbak Citra. Aida tau kalo mas Adji dekat sama mbak
Citra.”
“Aku dan Citra
hanya berteman saja. Dulu aku memang suka sama Citra, tapi sekarang kamulah
yang selalu ada dalam pikiranku.
(ceritanya masih bersambung kawan)